A. Pengertian
Reduplikasi
Menurut beberap ahli, reduplikasi
memiliki pengertian sebagai berikut
1. Sudaryanto
(1991:38) mengatakan bahwa reduplikasi adalah pengulangan yang berfungsi
sebagai pembentuk kata baru dengan bentuk dasar sebagai tumpuannya.
2.
Menurut Chaer (1994:182)
menyatakan bahwa reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk
dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun dengan perubahan bunyi.
3. Ramlan
(1983:55) mengatakan bahwa reduplikasi atau proses pengulangan adalah
pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan
variasi fonem maupun tidak.
4. Poedjosudarmo,
dan kawan-kawan (1975:209) mengatakan bahwa reduplikasi adalah proses perulangan
bentuk dasar baik sebagian maupun keseluruhan.
Reduplikasi dibedakan menjadi dua, yaitu reduplikasi
penuh dan reduplikasi parsial. Reduplikasi penuh adalah proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar secara keseluruhan. Reduplikasi parsial adalah proses
morfologis bentuk dasar yang diulang sebagian.
B. Reduplikasi
Penuh
Reduplikasi penuh ada dua macam,
yaitu:
1.
Reduplikasi Penuh
Tanpa Variasi Bunyi
Misalnya:
a. R
+ udan = udan-udan “hujan-hujan”
b. R
+ dawa = dawa-dawa “panjang-panjang”
c. R
+ mlaku = mlaku-mlaku “jalan-jalan”
2.
Reduplikasi Penuh
Dengan Variasi Bunyi
Ada
empat macam yaitu:
a. Bentuk
Dasar Perulangannya Terlihat di Bagian Kedua
Misalnya:
1) R
+ ngombe =
ngomba-ngombe “selalu minum”
2) R
+ mati =
mota-mati “selalu padam”
3) R
+ bali =
bola-bali “selalu pulang”
4) R
+ tangi =
tonga-tangi “sering bangun”
5) R
+ cekel =
cekal-cekel “berulang memegang”
b. Bentuk
Dasar Perulangannya Terlihat di Depan
Contohnya:
1) R
+ embah =
embah-embeh “selalu memanggil embah/ nenek atau kakek”
2) R
+ undang =
undang-undeng “selalu memnaggil”
3) R
+ mangan =
mangan-mengen “selalu makan”
4) R
+ mbak = mbak-mbek “sering
memanggil mbak”
5) R
+ midak = midak-midek “berkali-kali
menginjak”
c. Bentuk
Dasar Perulangannya Terlihat pada Awal Bagian Pertama Dihubungkan Suku Akhir
Bagian Kedua
Contohnya:
1) R
+ kored =
korad-kared “sangat kekurangan”
2) R
+ gobig =
gobag-gabig “selalu menggerakkan kepala”
3) R
+ gonjing =
gonjang-ganjing “selalu bergerak”
d. Bentuk
Dasar Perulangannya Tidak Terlihat Lagi
Misalnya:
1) R
+ gambang =
gombang-gembeng “selalau berkata gambang”
2) R
+ nggambar = nggombar-nggember “selalu menggambar”
3) R
+ mangan =
mongan-mengen “salalu makan”
C. Reduplikasi
Parsial
Reduplikasi parsial ada empat
macam, yaitu:
1.
Reduplikasi Suku
Pertama (dwipurwa)
Bentuk
dasar yang berawal dengan vokal tidak dapat diulang dengan cara ini. Suku ulang
yang diulang selalu diucapkan dengan vokal e. contohnya:
a. R
+ lara =
lelara “penyakit”
b. R
+ tela =
tetela “jelas”
c. R
+ sotya =
sesotya “permata”
d. R
+ tuku =
tetuku “membeli”
2. Reduplikasi
Suku Terakhir (dwiwasana)
Contohnya:
a. R
+ cekik = cekikik “mengikik”
b. R
+ celuk = celuluk “berkata”
c. R
+ dengek =
dengengek “melihat agak ke atas”
d. R
+ jeges = jegeges “tertawa terus”
3. Reduplikasi
Suku yang di Tengah (dwimadya)
Contohnya:
a. R
+ ditukokake = ditukok-tukokake “dibelikan berkali-kali”
b. R
+ nguncalaku = nguncal-uncalake “melempar-lemparkan”
c. R
+ dialingi = dialing-alingi “ditutup-tutupi”
Reduplikasi ini memiliki variasi bunyi, seperti
contoh berikut:
a.
R + ditukokake =
ditukak-tukokake “dibelikan berkali-kali”
b.
R + nggedhekake =
gedhak-gedhekake “memperbesar berkali-kali”
c.
R + ngalingi =
ngolang-ngalingi “menghalang-halangi”
4.
Reduplikasi
bagian awal dan akhir, contoh:
a. R
+ sinambung = sambung-sinambung “saling menyambung”
b. R
+ tinulung = lung-tinulung “saling menolong”
D. Reduplikasi
Berdasarkan Letak
Berdasarkan letaknya, reduplikasi
dibedakan menjadi dua yaitu reduplikasi bersifat progresif dan regresif.
1.
Reduplikasi
bersifat progresif adalah pengulangannya tampak dilakukan dengan pengucapan
bentuk dasar terlebih dahulu, contohnya: mangan-mengen
“makan-makan”, resik-resik
“bersih-bersih”.
2.
Reduplikasi
bersifat regresif adalah pengulangannya tampak dengan pengucapan bentuk dasar
lebih kemudian. Contohnya kata bola-bali
“berkali-kali” resak-resik “bersih-bersih”.
E. Reduplikasi
Berdasarkan Makna
Berdasarkan
maknanya, reduplikasi dibagi menjadi dua, yaitu reduplikasi yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif.
Redupliksi kuantitatif menyatakan
makna jamak. Contoh:
a.
Kewan-kewan
“hewan-hewan”
b.
Mloya-mlayu
“berlari-lari”
Jika
yang diulang berkategori adjektiva, maka petualangannya dapat besifat
kuantitatif dan kualitatif. Hal itu tergantung konteks kalimat. Contoh:
a. Masjide
gedhe-gedhe “masjidnya besar-besar”
b. Sapine lemu-lemu
“sapinya gemuk-gemuk”
c. Masjid
gedhe-gedhe kok ora kopen “masjid besar kok tidak terawat”
d. Sapi lemu-lemu
kok mati “sapi yang besar kok meninggal”
Gedhe-gedhe
dan lemu-lemu dalam kalimat 1) dan 2) bersifat kuantitatif, sedangkan dalam
kalimat 3) dan 4) bersifat kualitatif.
F. Reduplikasi
Sekaligus Afiksasi
Dalam
proses morfologis, dimungkinkan ada proses afiksasi dan reduplikasi sekaligus. Afiksasi
adalah pembentukan kata dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar.
Contoh:
1. Reduplikasi
bersama sufiks –en, contohnya weruh-weruhen “merasa selalu terlihat”, impen-impenen “termimpi-mimpi”
2. Reduplikasi
bersama sufiks –an, contohnya ubeng-ubengan “berputar-putar”, sesawangan “pandang-pandangan”.
3. Reduplikasi
bersama sufiks –e, contohnya gelem-geleme “mau-maunya”, wani-wanine “berani-beraninya”.
G. Pengertian
Geguritan
Geguritan
berasal dari bahasa Jawa Tengah, yaitu gurit dan berarti tatahan atau coretan, serta
merupakan bentuk puisi yang berkembang di kalangan penutur bahasa Jawa dan
Bali. Geguritan berkembang dari
tembang sehingga bentuknya ada yang berbeda. Dalam bentuk yang awal, geguritan berwujud nyanyian yang
memiliki sanjak tertentu. Di Bali berkembang bentuk geguritan semacam ini. Pengertian geguritan di Jawa telah berkembang menjadi sinonim dengan puisi
bebas, yaitu puisi yang tidak mengikatkan diri pada aturan metrum, sajak, serta
lagu. Geguritan merupakan salah satu
penciri sastra Jawa Modern yang sangat berkembang, diajarkan di sekolah-sekolah
dan kerap dilombakan.
H.
Reduplikasi
dalam geguritan
1. Contoh
Geguritan
a.
Geguritan
1
Fecebook
Gara-gara facebook
Awake
dhewe ketemu
Ngobrol
rena-rene
Nostalgia
jaman kawuri
Crita
kang wis lawas tak tutup
Ndadak
kebukak lan mbok adhul-adhul
Tak
eloni karepmu
Tak
bombong pikiranmu
Coba
tak njajagi tekan endi kepenginanmu
Ning
enak wates sing wis ginaris
Aku
kuku mundur
Gara-gara facebook
Aku
mbukak buku lawas lan kudu ketaton maneh
Dening
polahmu sing tansah mangan ati
Degsia
eram awakmu marang aku
Cukup
semene tetepungan iki
Karya
Yanik Agus Setyaningsih
Sumber:
Panjebar Semangat no 21-25 Mei 2013
b.
Geguritan
2
Astha
Brata
iki
critane kahanan ing nagara Atas Angin
kahanan
timbreng kinemulan mega ireng
para
kawula nangis karanta-ranta
ngrasakake
reregan kang ndedel…dellll
ing
ngatase biting saeler
regane
tusan ewu
dhampar
kencana kanggo rebutan
kamangka
dadi
pangarsa iku abot…
geneya
sing kalah kok padha ngotot?
ratune
karem nampa upeti, beselan, glondhong pengareng-areng
kawulane
dhemen tumindak ngrusak negara saisine
alas
dibabadi, digaglag saoyod-oyod
ing
nalika banjir nrajang nuduhake katiyasane
manungsa
nunjang palang, tuding-tudingan
….
Karya
Rini Tri Puspohardini
Sumber:
Kidung saka Bandungan
2. Analisis
reduplikasi dalam geguritan
Kata-kata yang sudah dicetak tebal
adalah contoh reduplikasi yang ada dalam geguritan.
Berikut dijelaskan reduplikasi yang terkandung dalam setiap katanya.
a.
Gara-gara
Kata gara-gara termasuk reduplikasi penuh yang artinya “karena”. Berdasarkan letaknya,
termasuk reduplikasi progresif karena bentuk dasarnya diucapkan terlebih
dahulu. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
b. Rena-rene
Kata rena-rene termasuk reduplikasi penuh dengan variasi bunyi dan bentuk dasar
perulangannya terlihat di bagian kedua. rena-rene
artinya “sering kesini”. Berdasarkan
letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk dasarnya diucapkan di
bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
c. Adhul-adhul
kata adhul-adhul termasuk reduplikasi penuh yang artinya “berantakan”. Berdasarkan letaknya,
termasuk reduplikasi progresif karena bentuk dasarnya diucapkan terlebih dahulu.
Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
d. Karanta-ranta
Kata karanta-ranta termasuk reduplikasi penuh yang artinya “selalu
merasa sedih”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk
dasarnya diucapkan di bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi
kualitatif.
e.
Pengareng-areng
Kata pengareng-areng termasuk reduplikasi penuh yang artinya
“pengharapan”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena
bentuk dasarnya diucapkan di bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk
reduplikasi kualitatif.
f.
Saoyod-oyod
Kata saoyod-oyod termasuk reduplikasi penuh yang artinya “sekaligus akar”. Berdasarkan
letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk dasarnya diucapkan di
bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
g. Tuding-tudingan
Kata tuding-tudingan termasuk reduplikasi penuh yang artinya “saling
menuding”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi progresif karena bentuk
dasarnya diucapkan terlebih dahulu. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi
kualitatif. Kata tuding-tudingan termasuk
proses morfologis yang terdiri dari reduplikasi dan afiksasi. Kata tuding-tudingan merupakan reduplikasi
yang mengandung sufiks –an.
Sumber:
1. Kurniati, Endang. 2012. Morfologi Dasar Bahasa
Jawa. Hlm. 43—46.
2. Panjebar Semangat. 2013. Facebook. 21.
25 Mei. Hlm. 40.
3. Puspohardini, Rini Tri, 2011. Kidung saka Bandungan. Yogyakart:
Elmatera Publishing.
4. Wagiran dan Mukh Doyin. 2010. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press.
6. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.unwidha.ac.id%2Findex.php%2Fmagistra%2Farticle%2Fdownload%2F110%2F70&ei=8WKrUanOCIXLrQfOooGoCQ&usg=AFQjCNEFYni7UR9fR-8WZPxAtW1N5SI_ig&sig2=x3s7DLZ8VNmz9XLTLSRt7A&bvm=bv.47244034,d.bmk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar