TEMBANG
KELARAN SAKA BRANG WETAN
Tembang
kelaran saka brang wetan
keprungu
dumeling lelamatan
ngayutayut
ndudut
trenyuh
biyen
amung rintih
lirih
saiki
salin slaga
sansaya
sora, worsuh ing pangundhamana
eling
mitraku, eling
sakalir
rasa mapan digelar
samekta
lamun piniji
geneya
sliramu katrem
nyawiji
kang rinegem?
suket
godhong kadhung ngerteni
mungguhing
rasa kang sumlempit
awit
keladuk anggonmu njarwani
lumantar
gurit
eman
mitraku, eman
krana
tapis anggonmu ngonceki
sapletik
rasa kang sumimpen
kebacut
ilang dadi cemplang
ngabar,
kalindhih dening sesumbar
mitraku,
kapan baya anggonmu pirsa
muspra
ngupakara rasa cuwa
amung
bakal ndedawa lara
2003.
Rini Tri Puspohardini
ANALISIS
PUISI TEMBANG KELARAN SAKA BRANG WETAN
A.
STRUKTUR FISIK
PUISI
1. Tipografi
Tipografi atau perwajahan puisi adalah
suatu gambaran mengenai bagaimana suatu puisi itu ditampilkan. Tipografi dalam
puisi Tembang kelaran saka brang wetan adalah sebagai berikut:
·
Puisi ditulis
rata kiri.
·
Judul ditulis
huruf kapital semua.
·
Huruf pertama
pada tiap baris ditulis kecil, kecuali pada huruf pertama baris pertama ditulis
kapital.
·
Pada akhir tiap
barisnya tidak diberi titik.
·
Pada salah satu
baris, di akhir kalimatnya menggunakan tanda tanya.
·
Tiap bait
dipisahkan oleh jarak antar baitnya.
2. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh penulis
sehingga puisi hasil karyanya menjadi
indah karena tersusun dari kata-kata yang terpilih. Pemilihan kata yang baik,
akan membuat pembaca menjadi lebih tertarik dalam membaca karya seorang
penulis. Meskipun tidak semua orang mengerti dengan kata yang disampaikan
penulis, tapi seseoarang akan tetap tertarik dengan karya itu karena dianggap
baru. Dalam puisi tembang kelaran saka brang wetan terdapat beberapa diksi
seperti:
·
keprungu
dumeling lelamatan, artinya sayup lamat tertutur.
·
samekta lamun
piniji, artinya siaga jika terpinang.
·
nyawiji kang
rinegem, artinya kenapa dirimu terlena.
·
suket godhong kadhung
ngerteni, artinya rumput daunan kadung jaga.
·
krana tapis
anggonmu ngonceki, artinya tersebab tuntas dirimu mengupas.
3. Imaji
Imaji adalah suatu khayalan yang dikarang penulis sehingga
seolah-olah pembaca bisa merasakan apa yang ditulis meskipun tidak sedang
melakukan. Imaji dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu imaji suara, imaji
penglihatan, dan imaji raba. Dengan adanya imaji yang disampaikan penulis,
pembaca seolah diajak penulis untuk dapat mendengar, melihat dan merasakan
sesuai apa yang ditulis pengarangnya. Dalam puisi tembang kelaran saka brang
wetan terdapat imaji:
·
Suara, contohnya
dalam kalimat:
Ø keprungu
dumeling lelamatan, artinya sayup lamat tertutur.
Ø biyen
amung rintih, artinya dulu cuma rintih.
Ø lirih,
artinya pelan.
·
Penglihatan,
contohnya dalam kalimat:
Ø saiki
salin slaga, yang artinya kini malih rupa.
Ø suket
godhong kadhung ngerteni, maksudnya rumput daunan terlanjur tahu.
4. Kata
konkret
Kata
konkret adalah kata yang dipilih oleh penulis puisi yang menyebabkan terjadinya
imaji. Misalnya saja dalam kalimat saiki salin slaga, yang artinya kini malih
rupa. Kalimat ini menggambarkan seseorang yang dulunya bahagia, menjadi sedih
karena adanya rasa kecewa.
5. Figuratif
Figuratif
atau majas adalah penggunaan bahasa oleh pengarang yang tidak biasa dipakai
orang lain. Pengarang memilih suatu kalimat dalam puisi itu untuk menyampaikan
suatu maksud tertentu.
Dalam
puisi tembang kelaran saka brang wetan terdapat majas personifikasi yang
dipertegas dalam kalimat suket godhong
kadhung ngerteni, diartikan bahwa
rumput daunan erlanjur tahu. Disini, rumput dan dedaunan diibaratkan
seperti manusia yang seolah-olah hidup.
Dalam puisi tembang kelaran saka brang
wetan juga terdapat majas hiperbola yang artinya melebih-lebihkan, yaitu pada
kalimat sansaya sora, worsuh ing
pangundhamana, maksudnya, kian menggema, bersetubuh rusuh dengan gunjingan.
6. Rima
Rima
adalah persamaan bunyi yang terjadi pada sebuah puisi. Disini, juga dianalisis
mengenai tinggi rendah, kuat lemah, panjang pendek dalam pembacaan sebuah
puisi.
Dalam puisi tembang kelaran saka brang wetan terdapat rima
patah. Rima patah adalah suatu keadaan dimana tiap baris dalam puisi itu
rimanya berbeda. Hal ini terlihat dalam bait berikut:
eling mitraku, eling
sakalir rasa mapan
digelar
samekta lamun piniji
geneya sliramu katrem
nyawiji kang rinegem?
Bait tersebut, rimanya
i-a-i-e-e.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa dalam
puisi itu juga ada tinggi rendah, kuat lemah, dan panjang pendek pembacaan
puisi. Puisi tembang kelaran drib rang wetan ini dibacakan dengan rendah dan
lemah. Mengapa begitu? Karena puisi ini menceritakan tentang kesedihan yang
dialami seseorang karena rasa kecewa.
B.
STRUKTUR BATIN
1. Tema
Tema dalam puisi tembang kelaran saka
brang wetan adalah tentang kekecewaan. Disini penulis menceritakan tentang
kekecewaan temannya. Diperjelas dalam kalimat muspra ngupakara rasa cuwa, artinya sia-sia memburu kecewa.
2. Suasana
Suasana
yang diceritakan adalah menyedihkan dan menyakitkan. Tergambar dalam kalimat among bakal ndedawa lara, maksudnya
hanya akan menambah sakit. Disini pengarang menggambarkan seseorang yang sedang
kecewa karena adanya perasaan sakit di hatinya.
3. Nada
Nada yang digunakan dalam puisi
tembang kelaran saka brang wetan adalah pelan dan lirih karena puisi ini
menceritakan tentang rasa kecewa dan sakit hati seseoarang. Oleh karena itu,
tidak pantas jika puisi ini dibawakan dengan suara lantang dan semangat. Puisi
harusnya dibacakan dengan nada lirih dan raut muka yang sedih.
4. Amanat
Amanat yang bisa diambil dari puisi
ini ialah bahwa seseorang itu harus bangkit dari keterpurukan, jangan sampai
terus menerus hanyut dalam kekecewaan. Seseorang itu harus bisa melupakan masa
lalu yang menyakitkan hati.
Sumber: Buku Kidung Saka Bandungan karya Rini Tri Puspohardini
Makasih infonya kak...wow...
BalasHapusYa benar
HapusMakacih
BalasHapusmakasih sangat membantu
BalasHapusMaturnuwun
BalasHapusThanks. This blog so perfect.
BalasHapusMboh.. Angel eram
BalasHapusItu gancarake nya gimana ya
BalasHapusParafrase / gancaran nya apa kak ?
BalasHapus