Blogger Widgets Sinau Basa Jawa bereng Hanif Rahma: reduplikasi bahasa jawa

Jumat, 06 September 2013

reduplikasi bahasa jawa

A.    Pengertian Reduplikasi
Menurut beberap ahli, reduplikasi memiliki pengertian sebagai berikut
1.     Sudaryanto (1991:38) mengatakan bahwa reduplikasi adalah pengulangan yang berfungsi sebagai pembentuk kata baru dengan bentuk dasar sebagai tumpuannya.
2.     Menurut Chaer (1994:182) menyatakan bahwa reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun dengan perubahan bunyi.
3.  Ramlan (1983:55) mengatakan bahwa reduplikasi atau proses pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
4.   Poedjosudarmo, dan kawan-kawan (1975:209) mengatakan bahwa reduplikasi adalah proses perulangan bentuk dasar baik sebagian maupun keseluruhan.

Reduplikasi dibedakan menjadi dua, yaitu reduplikasi penuh dan reduplikasi parsial. Reduplikasi penuh adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara keseluruhan. Reduplikasi parsial adalah proses morfologis bentuk dasar yang diulang sebagian.

B.     Reduplikasi Penuh
Reduplikasi penuh ada dua macam, yaitu:
1.      Reduplikasi Penuh Tanpa Variasi Bunyi
Misalnya:
a.       R + udan               = udan-udan “hujan-hujan”
b.      R + dawa              = dawa-dawa  “panjang-panjang”
c.       R + mlaku             = mlaku-mlaku “jalan-jalan”
2.      Reduplikasi Penuh Dengan Variasi Bunyi
Ada empat macam yaitu:
a.       Bentuk Dasar Perulangannya Terlihat di Bagian Kedua
Misalnya:
1)      R + ngombe    = ngomba-ngombe “selalu minum”
2)      R + mati          = mota-mati “selalu padam”
3)      R + bali           = bola-bali “selalu pulang”
4)      R + tangi         = tonga-tangi “sering bangun”
5)      R + cekel         = cekal-cekel “berulang memegang”
b.      Bentuk Dasar Perulangannya Terlihat di Depan
Contohnya:
1)      R + embah      = embah-embeh “selalu memanggil embah/ nenek atau kakek”
2)      R + undang     = undang-undeng “selalu memnaggil”
3)      R + mangan    = mangan-mengen “selalu makan”
4)      R + mbak        = mbak-mbek “sering memanggil mbak”
5)      R + midak       = midak-midek “berkali-kali menginjak”
c.       Bentuk Dasar Perulangannya Terlihat pada Awal Bagian Pertama Dihubungkan Suku Akhir Bagian Kedua
Contohnya:
1)      R + kored        = korad-kared “sangat kekurangan”
2)      R + gobig        = gobag-gabig “selalu menggerakkan kepala”
3)      R + gonjing     = gonjang-ganjing “selalu bergerak”
d.      Bentuk Dasar Perulangannya Tidak Terlihat Lagi
Misalnya:
1)      R + gambang              = gombang-gembeng “selalau berkata gambang”
2)      R + nggambar             = nggombar-nggember “selalu menggambar”
3)      R + mangan                = mongan-mengen “salalu makan”

C.     Reduplikasi Parsial
Reduplikasi parsial ada empat macam, yaitu:
1.      Reduplikasi Suku Pertama (dwipurwa)
Bentuk dasar yang berawal dengan vokal tidak dapat diulang dengan cara ini. Suku ulang yang diulang selalu diucapkan dengan vokal e. contohnya:
a.       R + lara     = lelara “penyakit”
b.      R + tela     = tetela “jelas”
c.       R + sotya   = sesotya “permata”
d.      R + tuku    = tetuku “membeli”
2.   Reduplikasi Suku Terakhir (dwiwasana)
Contohnya:
a.       R + cekik               = cekikik “mengikik”
b.      R + celuk               = celuluk “berkata”
c.       R + dengek            = dengengek “melihat agak ke atas”
d.      R + jeges               = jegeges “tertawa terus”


3.   Reduplikasi Suku yang di Tengah (dwimadya)
Contohnya:
a.       R + ditukokake      = ditukok-tukokake “dibelikan berkali-kali”
b.      R + nguncalaku     = nguncal-uncalake “melempar-lemparkan”
c.       R + dialingi           = dialing-alingi “ditutup-tutupi”
Reduplikasi ini memiliki variasi bunyi, seperti contoh berikut:
a.       R + ditukokake      = ditukak-tukokake “dibelikan berkali-kali”
b.      R + nggedhekake  = gedhak-gedhekake “memperbesar berkali-kali”
c.       R + ngalingi          = ngolang-ngalingi “menghalang-halangi”
4.      Reduplikasi bagian awal dan akhir, contoh:
a.       R + sinambung            = sambung-sinambung “saling menyambung”
b.      R + tinulung                = lung-tinulung “saling menolong”

D.    Reduplikasi Berdasarkan Letak
Berdasarkan letaknya, reduplikasi dibedakan menjadi dua yaitu reduplikasi bersifat progresif dan regresif.
1.      Reduplikasi bersifat progresif adalah pengulangannya tampak dilakukan dengan pengucapan bentuk dasar terlebih dahulu, contohnya: mangan-mengen “makan-makan”, resik-resik “bersih-bersih”.
2.      Reduplikasi bersifat regresif adalah pengulangannya tampak dengan pengucapan bentuk dasar lebih kemudian. Contohnya kata bola-bali “berkali-kali” resak-resik “bersih-bersih”.

E.     Reduplikasi Berdasarkan Makna
Berdasarkan maknanya, reduplikasi dibagi menjadi dua, yaitu reduplikasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Redupliksi kuantitatif menyatakan makna jamak. Contoh:
a.       Kewan-kewan “hewan-hewan”
b.      Mloya-mlayu “berlari-lari”

Jika yang diulang berkategori adjektiva, maka petualangannya dapat besifat kuantitatif dan kualitatif. Hal itu tergantung konteks kalimat. Contoh:
a.       Masjide gedhe-gedhe “masjidnya besar-besar”
b.      Sapine lemu-lemu “sapinya gemuk-gemuk”
c.       Masjid gedhe-gedhe kok ora kopen “masjid besar kok tidak terawat”
d.      Sapi lemu-lemu kok mati “sapi yang besar kok meninggal”
Gedhe-gedhe dan lemu-lemu dalam kalimat 1) dan 2) bersifat kuantitatif, sedangkan dalam kalimat 3) dan 4) bersifat kualitatif.

F.      Reduplikasi Sekaligus Afiksasi
Dalam proses morfologis, dimungkinkan ada proses afiksasi dan reduplikasi sekaligus. Afiksasi adalah pembentukan kata dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar.
Contoh:
1.      Reduplikasi bersama sufiks –en, contohnya weruh-weruhen “merasa selalu terlihat”, impen-impenen “termimpi-mimpi”
2.      Reduplikasi bersama sufiks –an, contohnya ubeng-ubengan “berputar-putar”, sesawangan “pandang-pandangan”.
3.      Reduplikasi bersama sufiks –e, contohnya gelem-geleme “mau-maunya”, wani-wanine “berani-beraninya”.

G.    Pengertian Geguritan
Geguritan berasal dari bahasa Jawa Tengah, yaitu gurit dan berarti tatahan atau coretan, serta merupakan bentuk puisi yang berkembang di kalangan penutur bahasa Jawa dan Bali. Geguritan berkembang dari tembang sehingga bentuknya ada yang berbeda. Dalam bentuk yang awal, geguritan berwujud nyanyian yang memiliki sanjak tertentu. Di Bali berkembang bentuk geguritan semacam ini. Pengertian geguritan di Jawa telah berkembang menjadi sinonim dengan puisi bebas, yaitu puisi yang tidak mengikatkan diri pada aturan metrum, sajak, serta lagu. Geguritan merupakan salah satu penciri sastra Jawa Modern yang sangat berkembang, diajarkan di sekolah-sekolah dan kerap dilombakan.



H.    Reduplikasi dalam geguritan
1.      Contoh Geguritan
a.      Geguritan 1
Fecebook
Gara-gara facebook
Awake dhewe ketemu
Ngobrol rena-rene
Nostalgia jaman kawuri

Crita kang wis lawas tak tutup
Ndadak kebukak lan mbok adhul-adhul
Tak eloni karepmu
Tak bombong pikiranmu

Coba tak njajagi tekan endi kepenginanmu
Ning enak wates sing wis ginaris
Aku kuku mundur

Gara-gara facebook
Aku mbukak buku lawas lan kudu ketaton maneh
Dening polahmu sing tansah mangan ati
Degsia eram awakmu marang aku
Cukup semene tetepungan iki

Karya Yanik Agus Setyaningsih
Sumber: Panjebar Semangat no 21-25 Mei 2013








b.      Geguritan 2
Astha Brata

iki critane kahanan ing nagara Atas Angin
kahanan timbreng kinemulan mega ireng
para kawula nangis karanta-ranta
ngrasakake reregan kang ndedel…dellll
ing ngatase biting saeler
regane tusan ewu
dhampar kencana kanggo rebutan
kamangka
dadi pangarsa iku abot…
geneya sing kalah kok padha ngotot?
ratune karem nampa upeti, beselan, glondhong pengareng-areng
kawulane dhemen tumindak ngrusak negara saisine
alas dibabadi, digaglag saoyod-oyod
ing nalika banjir nrajang nuduhake katiyasane
manungsa nunjang palang, tuding-tudingan
….

Karya Rini Tri Puspohardini
Sumber: Kidung saka Bandungan

2.      Analisis reduplikasi dalam geguritan
Kata-kata yang sudah dicetak tebal adalah contoh reduplikasi yang ada dalam geguritan. Berikut dijelaskan reduplikasi yang terkandung dalam setiap katanya.
a.       Gara-gara
Kata gara-gara termasuk reduplikasi penuh yang artinya “karena”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi progresif karena bentuk dasarnya diucapkan terlebih dahulu. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
b.      Rena-rene
Kata rena-rene termasuk reduplikasi penuh dengan variasi bunyi dan bentuk dasar perulangannya terlihat di bagian kedua. rena-rene  artinya “sering kesini”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk dasarnya diucapkan di bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
c.       Adhul-adhul
kata adhul-adhul termasuk reduplikasi penuh yang artinya “berantakan”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi progresif karena bentuk dasarnya diucapkan terlebih dahulu. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.

d.      Karanta-ranta
Kata karanta-ranta termasuk reduplikasi penuh yang artinya “selalu merasa sedih”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk dasarnya diucapkan di bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
e.       Pengareng-areng
Kata pengareng-areng termasuk reduplikasi penuh yang artinya “pengharapan”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk dasarnya diucapkan di bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.
f.        Saoyod-oyod
Kata saoyod-oyod termasuk reduplikasi penuh yang artinya “sekaligus akar”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi regresif karena bentuk dasarnya diucapkan di bagian kedua. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif.

g.      Tuding-tudingan
Kata tuding-tudingan termasuk reduplikasi penuh yang artinya “saling menuding”. Berdasarkan letaknya, termasuk reduplikasi progresif karena bentuk dasarnya diucapkan terlebih dahulu. Berdasarkan maknanya, termasuk reduplikasi kualitatif. Kata tuding-tudingan termasuk proses morfologis yang terdiri dari reduplikasi dan afiksasi. Kata tuding-tudingan merupakan reduplikasi yang mengandung sufiks –an.

Sumber:
1. Kurniati, Endang. 2012. Morfologi Dasar Bahasa Jawa. Hlm. 43—46.
2. Panjebar Semangat. 2013. Facebook. 21. 25 Mei. Hlm. 40.
3. Puspohardini, Rini Tri, 2011. Kidung saka Bandungan. Yogyakart: Elmatera Publishing.
4. Wagiran dan Mukh Doyin. 2010. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
6. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.unwidha.ac.id%2Findex.php%2Fmagistra%2Farticle%2Fdownload%2F110%2F70&ei=8WKrUanOCIXLrQfOooGoCQ&usg=AFQjCNEFYni7UR9fR-8WZPxAtW1N5SI_ig&sig2=x3s7DLZ8VNmz9XLTLSRt7A&bvm=bv.47244034,d.bmk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar