Blogger Widgets Sinau Basa Jawa bereng Hanif Rahma: Resume Linguistik Umum Abdul Chaer

Selasa, 10 September 2013

Resume Linguistik Umum Abdul Chaer



A.  PENDAHULUAN
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi, seperti dikatakan Martinet (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Disini perlu diperhatikan bahwa Bahasa Perancis mempunyai istilah mengenai bahasa, yaitu:


  • Langage      : berarti bahasa secara umum, seperti tampak dalam ungkapan “manusia punya  bahasa sementara hewan tidak”.
  • Langue        : artinya suatu bahasa tertentu, seperti bahasa arab, bahasa inggris, atau bahasa jawa.
  • Parole          : adalah bahasa dalam wujudnya yang konkret yang berupa ujaran.


Linguistik juga sering disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja (seperti bahasa Jawa atau bahsa Arab), melainkan mengkaji bahasa pada umumnya.
Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis.

B.  LINGUISTIK SEBAGAI ILMU
1.   Keilmiahan Linguistik
Linguistik dapat dikatakan ilmiah karena telah mengikuti ketiga tahapan perkembangan yaitu:
  • Tahap spekulasi: kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.
  • Tahap observasi dan klasifikasi: mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa member teori atau kesimpulan apapun.
  • Tahap perumusan teori: setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan.
·            Ketidakspekulatifan dalam penarikan kesimpulan: dalam mengambil kesimpulan atau teori harus didasarkan pada data empiris, yakni data yang nyata ada, yang didapat dari alam yang wujudnya dapat diobservasi.
2.   Subdisiplin Linguistik
  • Objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu.
  • Objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa.
  • Objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa.
  • Tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori belaka atau untuk tujuan terapan.
  • Teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.
3.      Analisis Linguistik
o   Struktur, sistem dan distribusi.
o   Analisis bawahan langsung.
o   Manfaat linguistic.

C.  OBJEK LINGUISTIK: BAHASA
1.      PENGERTIAN BAHASA                               
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Kata bahasa yang terdapat pada kalimat bisa menunjuk pada beberapa arti atau kategori lain. Menurut peristilahan de Saussure, bahasa bisa berperan sebagai parole, langue, langage.
·      parole merupakan objek konkret karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa.
·      Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud sistem suatu bahasa tertentu secara keseluruhan.
·      Langage merupakan objek yang paling abstrak karena dia berwujud sistem bahasa yang universal.
Seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1983 dan juga dalam Djoko Kentjono 1982) “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi dari Barber(1964: 21), Wardhaugh(1977:3), Trager(1949:18), de Saussure(1966:16) dan Bolinger(1975:15).

2.      HAKIKAT BAHASA
Beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa adalah
a.       Bahasa sebagai system
Maksudnya bahwa bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang teratur dan tersusun menurut pola tertentu.
b.      Bahasa sebagai lambing
Lambang-lambang bahasa diwujudkan dalam bentuk bunyi, yang berupa satuan-satuan bahasa seperti kata / gabungan kata. Lambang atau symbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang bersifat arbitrer sedangkan tanda tidak bersifat arbitrer.
c.       Bahasa adalah bunyi
Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat z Dalam linguistik yang disebut bahasa yang primer adalah apa yang diucapkan atau dilisankan. Sedangkan bahasa tulisan hanyalah bersifat sekunder.
d.      Bahasa itu bermakna
Lambang selalu mengacu  pada sesuatu  konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
e.       Bahasa itu arbitrer
Arbitrer artinya sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Maksudnya adalah tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud lambang tersebut.
f.       Bahasa itu konvensional
Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
g.      Bahasa itu produktif
Maksudnya adalah meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
h.      Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki bahasa lain.
i.        Bahasa itu universal
Artinya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.
j.        Bahasa itu dinamis
Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia , sedangkan dalam kehidupan bermasyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
k.      Bahasa itu bervariasi
Anggota suatu masyarakat bahasa beraneka ragam, ada yang berpendidikan ada yang tidak, ada yang berprofesi dokter, petani, nelayan, dan sebagainya, oleh karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama maka bahasa yang mereka gunakan bervariasi atau beragam, di mana antara variasi yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan yang besar.
l.        Bahasa itu manusiawi.
Maksudnya adalah bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
  
 3. BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Yang ingin dibicarakan adalah mengenai masalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan social d dalam masyarakat, atau lebih jelasnya, hubungan bahasa dengan masyarakat itu.
a.       Masyarakat Bahasa
Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang (dalam jumlah yang banyaknya relatif ), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama. Yang dimaksud dengan masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
b.      Variasi dan Status Sosial Bahasa
Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang pertama adalah variasi bahasa tinggi ( T ) digunakan dalam situasi- situasi resmi. Yang kedua adalah variasi bahasa rendah ( R ) digunakan dalam situasi tidak formal. Adanya pembedaan variasi bahasa T dan bahasa R disebut dengan istilah diglosia ( Ferguson 1964 ). Masyarakat yang mengadakan pembedaan ini disebut masyarakat diglosis.
c.       Penggunaan Bahasa
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :
·         Setting and scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan
·         Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan
·         Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan
·         Act sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan
·         Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan
·         Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan
·         Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan
·         Genres, yaitu menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
d.      Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang. Hal yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah terjadinya atau terdapatnya apa yang disebut bilingualisme dan multilingualisme dengan berbagai macam kasusnya, sepertu interferensi, integrasi, alihkode, dan campurkode.
e.       Bahasa dan Budaya
Satu lagi yang menjadi objek kajian linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya atau kebudayaan. Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf ( hipotesis Sapir- Whorf) menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan atau bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Jadi bahasa itu menguasai cara berpikir dan bertindak manusia. Apa yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat- sifat bahasanya.

4.      KLASIFIKASI BAHASA
Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Bahasa yang mempunyai kesamaan ciri dimasukkan dalam satu kelompok
Ø  Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa- bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
Ø  Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe- tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang- ulang dalam suatu bahasa.
Ø  Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Klasifikasi ini bersifat arbitrer, non ekhaustik, dan non unik.
Ø  Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor- faktor yang berlaku dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu.

5. BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Ada beberapa jenis aksara, yaitu aksara piktografis, aksara ideografis, aksara silabis, dan 5. aksara fonemis. Semua jenis aksara itu tidak ada yang bisa “merekam” bahasa lisan secara sempurna.
Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem.

D.  TATARAN LINGUISTIK: FONOLOGI
Fonologi adalah ilmu yang membahas bunyi-bunyi bahasa
v  Fonetik, adalah bidang liguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna.
v  Fonemik, adalah bidang linguistic yang mempelajari bunyi bahasa dan mempunyai fungsi sebagai pembeda makna. 

E.   TATARAN LINGUISTIK: MORFOLOGI
Morfologi adalah ilmu yang membahas seluk beluk pembentukan kata. Ilmu mengenai pembentukan kata dan perubahan bahan makna akibat proses perubahan bentuk kata tersebut.
ü  Morfem           : suatu bentuk yang bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk yang lain.
ü  Kata                : deretan huruf yang memiliki makna satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna.
ü  Proses morfemis
ü  Morfofonemik

F.   TATARAN LINGUISTIK: SINTAKSIS
Sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dalam sintaksis, yang dibahas adalah:
(1)   Struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu.
(2)   Satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
(3)   Hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya.

G.  TATARAN LINGUISTIK: SEMANTIK
Semantik adalah ilmu yang membahas makna bahasa.
1.      Hakikat Makna
Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari 2
·   komponen, yaitu komponen signifian (yang mengartikan) yang wujudnya runtunan bunyi.
·   komponen signifie (yang diartikan) yang wujudnya pengertian atau konsep (yang dimiliki signifian).
2.      Jenis makna
ü  Makna Leksikal, Gramatikal dan Kontekstual
ü  Makna Referensial dan Non-referensial
ü  Makna Denotatif dan Makna Konotatif
ü  Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
ü  Makna Kata dan Makna Istilah
ü  Makna Idiom dan Peribahasa
3.      Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya
a. Sinonim
Yaitu hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
b. Antonim
Yaitu hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
c. Polisemi
Yaitu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kasus polisemi, biasanya makna pertama adalah makna sebenarnya, yang lain adalah makna-makna yang dikembangkan berdasarkan salah satu komponen makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna-makna pada sebuah kata atau satuan ujaran yang polisemi ini masih berkaitan satu dengan yang lain.
d. Homonim
Yaitu dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama dan maknanya berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Pada kasus homonim ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofon dan homograf. Homofon adalah adanya kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran, tanpa memperhatikan ejaannya. Homograf adalah bentuk ujaran yang ortografinya dan ejaannya sama, tetapi ucapan dan maknanya berbeda.
e. Hiponimi
Yaitu hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain. Relasi hiponimi bersifat searah.
f. Ambiguitas atau Ketaksaan
Yaitu gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Ketaksaan terjadi dalam bahasa tulis akibat perbedaan gramatikal karena ketiadaan unsur lisan, karena ketidakcermatan dalam menyusun konstruksi beranaforis.
g. Redudansi
Yaitu kata yang berlebih-lebihan yang menggunakan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
4.      Perubahan Makna
Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Dalam masa yang relative singkat, makna sebuah kata tidak akan berubah, tetapi dalam waktu yang relative lama ada kemungkinan makna tersebut akan berubah. Ini tidak berlaku untuk semua kosakata, tetapi hanya terjadi pada sebuah kata saja, yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1.      Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi
2.       Perkembangan sosial budaya
3.      Perkembangan pemakaian kata
4.      Pertukaran tanggapan indera (sinestesia)
5.      Adanya asosiasi
5. Medan makna dan komponen makna
ü  Medan makna
adalah seperangkat unsure leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.
ü  Komponen makna
Setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri ddari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu persatu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.

H.  SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
1.      Linguistik Tradisional
Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian; sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .”.
2.      Linguistik Strukturalis
a.      Ferdinand de Saussure
Ferdinand de saussure (1857-1913) dianggap sebagai bapak linguistik modern, pandangannya dimuat dalam buku course de linguistique generle. Beliau mengemukakan teori bahwa setiap tanda linguistik (signe) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifiant (bentuk) dan komponen signifie (makna).
b.      Aliran praha (terbentuk tahun 1926)
Tokohnya Vilem Mathesius. Aliran praha inilah yang pertama-tama membedakan tegas akan fonetik dan fonolog.
c.       Aliran glosematik lahir di Denmark.
Tokohnya Louis Hjemslev beliau terkenal karena usaha untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri.
d.      Aliran firthian
Tokohnya R. Firth (1890-1960) beliau terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Fonologi prosodi terdiri dari satuan-satuan fonematis dan satuan prosodi
e.       Aliran linguistik sistemik
Tokohnya M.A.K Halliday belaiu mengembangkan teori Fith mengenai bahasa khususnya yang berkenaan dengan segi kemasyarakatan bahasa. Pokok-pokok pandangannya antara variasinya pemberian bahasa tertentu berserta variasinya mengenai adanya gradasi dan kontinum.
f.       Aliran tagmemik
Tokohnya Kenneth L. Pike, menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmen. Yang dimaksud tagmen adalah bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisisi slot tertentu.
3.      Linguistik   Tranformasional   dan   Aliran-aliran Sesudahnya
Dunia ilmu termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus menerus sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran yang hakiki.
·         Tata Bahasa Transformasi
Ahli linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.
Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
a)      Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
b)      Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.

·         Semantik Generatif
Menjelang dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut Chomsky, antara lain Pascal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, sebagai reaksi terhadap Chomsky, memisahkan diri dari kelompok Chomsky dan membentuk aliran sendiri. Kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal dengan sebutan kaum Semantik generatif. Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu.
·         Tata Bahasa Kasus
Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston.
Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas (1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan nomina.
·         Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi.
4.      Tentang Linguistik Di Indonesia
Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. Misalnya negeri Belanda, London, Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia banyak dilakukan kajian tentang bahasa-bahasa Indonesia. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Dalam kajian bahasa nasional Indonesia, di Indonesia tercatat nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia.

Sumber: Buku Linguistik Umum Abdul Chaer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar