Dening Suparta Brata
Herlambang
adalah mata-mata Belanda utusa Van Grinsven dan Luidelmeyer. Herlambang pergi
ke Brangkal bersama Ngesthireni. Mereka pergi naik jip yang diberikan oleh Van
Grinsven. Ngasthireni ingin pulang ke rumahnya di Sala karena dia sudah tiga
tahun bersama penjajah Belanda. Akan tetapi, di tengah perjalanan, mereka
dicegat oleh orang-orang Belanda. Karena memiliki surat ijin, mereka bisa
lolos. Selain itu, mereka juga dicegat oleh orang Republik yang menuduh mereka
adalah mata-mata penjajah. Herlambang dan Ngasthireni hanya pasrah saat mereka
harus diperiksa oleh orang-orang Republik itu.
Berkat
keberanian Ngasthireni, mereka dapat lolos dari orang-orang Republik. Mereka di
sana bertemu dengan Kiswanta dan Kiswanta akhirnya ikut bersama Herlambang dan
Ngasthireni. Mereka pergi naik kereta ke Jombang. Di Jombang, Herlambaang
dikenali oleh seorang laki-laki. Lelaki itu mengaku bernama Atrom dan
mengatakan bahwa Herlambang itu adalah temannya yang bernama Hartono. Karena
tidak terima, Herlambang sempat adu mulut dengan Atrom sampai akhirnya Atrom
pergi. Di Jombang, mereka mencari losmen untuk bermalm dan paginya mereka naik
kereta api ke Madiun.
Ternyata
ada yang mengikuti Herlambang, yaitu Atrom. Di Losmen, saat Herlambang dan
Ngasthireni sedang tidur, Kiswanta menemukan Atrom yang sedang mengintip
Herlambang dan Ngasthireni. Kiswanta dan Atrom sempat adu fisik, akan tetapi
setelah Ngasthireni keluar dan membwa pistol, Atrom baru mau pergi.
Paginya, Herlambang dan Ngasthireni pergi tanpa Kiswanta. Mereka sempat melihat
ada orang yang tewas yaitu Atrum. Saat pergi, Herlambang mencuri motor dan
dikejar oleh orang-orang yang membawa pistol. Di jalan mereka bertemu dengan
Kiswanta lagi sehingga mereka tetap mengajak Kiswanta. Akan tetapi Herlambang
berkelahi dengan Kiswanta dan akhirnya meniggalkan Kiswanta dengan motor yang
sudah mogok.
Mereka
akhirnya pergi ke Madiun dengan naik prahoto. prahoto itu mereka peroleh dari
melakukan barter dengan pistol dan tomygune. Herlambang menyamar jadi supir dan
Ngasthireni menjadi wanita yang menjadi simpanan si sopir. Mereka menginap di
bangunan Cina. Tetapi paginya mereka dikepung oleh Kiswanta dan teman-temannya.
Ngasthireni ditahan oleh Kiswanta sedangkan Herlambang berhasil meloloskan
diri. Herlambang kemudian pergi ke Sala dengan naik kereta api dan menyamar
sebagai seorang tani.
Herlambang
sampai di stasiun Masaran, dan dari stasiun Masaran, Herlambang pergi ke Batu
Jamus dengan menumpang mobil pabrik Republik. Di engah jalan herlamabng
menodongkan pistol kepada supir pabrik bernama Atma dan meminta bertukar
pakaian. Herlambang menyamar jadi supir pabrik sehingga bisa masuk ke pabrik
itu. Akan tetapi Herlambang dapat ditangkap oleh tentara-tentara.
Tentara-tentara itu tidak percaya dengan Herlamabang, namun begitu Herlambang
mengucapkan kata Yogyantara, Herlambang diantarkan untuk menemui Ir. Suwandi,
Dr. Honggo, dan Dr. Mann.
Herlambang
juga bertemu dengan Raden Mas Yogyantara. Di sana, Herlamabng disuruh
memperhatikan gambar-gambar pabrik atau istilahnya opnemen. Saat Herlambang
masih di pabrik itu, datang Kiswanta, Sirtuhadi dan Ngasthireni. Ngasthireni
ternyata masih saudara dengan Yogyantara. Akan tetapi, karena Ngasthireni
menuduhkan bahwa Yogyantara sudah mengambil segala warisan dari Eyangnya, Yogyantara
tidak terima dan Ngasthireni dihajar. Kiswanta yang membela Ngasthireni justru
ditembak mati. Herlambang membela Ngasthireni kemudian mereka pergi dengan
membawa tawanan Yogyantara. Mereka bertemu denga Ir. Suprayoga, di sana Ir
Suprayoga mengatakan bahwa Herlambang sudah berhenti membantu US Army, dan
sebagai ganti Herlambang, dipilihlah Hartono itu.
Ternyata
semua yang dilakukan Hartono memang sudah direncanakan sehingga banyak
mata-mata yang membantunya. Hartono senang karena bisa bertemu dengan
Ngasthireni lagi. Sagriwa yang menyaksikan hubungan mereka, hanya
menganguk-angguk melihat wanita cantik Republkein dan patriot pemeran dom
sumurup ing banyu.
sumber: Novel Dom Sumurup Ing Banyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar