Dening Any Asmara
Di
kampung Selasari Magetan ada seorang duda bernama RS. Ranuasmara yang sudah
sakit-sakitan. Beliau tinggal bersama anaknya bernama Sri Endah Wahyuningsih.
RS. Ranuasmara juga memiliki anak lelaki bernama Susilo yang kuliah UGM. Suatu
ketika, RS. Ranuasmara merasa bahwa skitnya semakin parah, kemudian beliau
menceritakan hal yang sudah lama beliau rahasiakan kepada Sri Endah
Wahyuningsih. Beliau bercerita bahwa Sri Endah bukan anak kandungnya. RS.
Ranuasmara mengatakan bahwa Sri Endah dan Susilo tidak ada hubungan darah.
RS.
Ranuasmara cerita bahwa pada tahun 1972, di Surakarta ada sepasang kekasih
bernama R.Sukmana dan RA. Tien Tisnowati. Namun, karena tidak mendapat restu
dari orang tua RA. Tien, mereka tidak bisa menikah. Ayah RA. Tien yang bernama
RB. Jayengsubrata menikahkan RA. Tien dengan RM. Purwodirjo. Meski begitu, RA.
Tien tetap mencintai Sukmana. Setelah RA. Tien menikah, Sukmana sempat stres,
tetapi berkat kesabaran ibu Sukmana yang bernama R. Ngt. Partoasmara, akhirnya
Sukmana bangkit lagi dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah melukis di Jogja.
Ibunya mengijinkan Sukmana kuliah agi sehingga Sukmana berhasil menyeesaian
kuliah, bahkan sempat kuliah agi di Bandung.
Ketika
di andung, Sukmana tinggal di rumah Mang Gandaatmaja yang memiki anak perempuan
bernama Dedeh Siti Kurniasih. Sukmana jatuh cinta kepada Siti Kurniarsih,
begitu pula dengan siti kurniarsih. Akhirnya mereka menikah dan memiliki annak
lelaki yang diberi nama Sutrisna. Tetapi, karena penyakit dysentri, Siti Kurniarsih meninggal. Setelah kepulangan Siti
Kurniarsihke rahmatullah, Sutrisna dibawa neneknya ke Sala. Sedangkan Sukmana
sendiri pergi berkelana mencari objek untuk dilukis hingga Asia bahkan Eropa.
Setelah
bosan berkelana, Sukmana kembali ke Sala. Waktu itu, umur Sutrisna sudah dua
setengah tahun. Dalam kehidupan Sukmana hadir wanita yang sangat mencintai
Sukmana. Wanita yang masih perawan itu bernam Sri Kumaladewi. Kumaladewi ini
anak saudagar batik dan laweyan yaitu M. Tondhosadewa. Meskipun Kumaladewi
wanita yang cantik, tetapi Sumana menolaknya. Selanjutnya Sukmana tinggal di
desa Sarangan di kaki Gunung Lawu, bawah Kabupaten Magetan, Karesidenan Madiun.
Di sana Sukmana bertemu dengan cinta pertamanya yaitu RA. Tien. RA. Tien
sendiri sudah memiliki anak yang baru berumur beberapa hari. Saat itu juga Tien
sedang sakit malaria yang parah. Sukmana meminta R. Tien bercerita tentang
kehidupan yang dialaminya sampai sia bisa berada di desa itu.
RA.
Tien bercerita bahwa dirinya kabur dari rumah karena suaminya ingin menikah
lagi, padahal saat itu Tien sedang hamil tiga bulan. Tien kabur sampai akhirnya
bisa tiba di Magetan dan diajak tinggal bersama Pak Yoto dan Bu Yoto. Saat
bertemu Sukmana, Tien meminta Sukmana untuk merawat anak perempuannya jika Tien
meninggal. Sukmana juga meminta agar Tien mau menjadi istri Sukmana. Sukmana
juga mendapat kesempatan dari Tien untuk memberi nama anak Tien. Sukmana
memberi nama Sukmanawati kepada anak Tien, yang mana nama itu diambil dari nama
Sukmana dan Tien Tisnowati.sukmana sangat senang karena Tien mau
mendampinginya. Sumana membeli rumah di Magetan untuk mereka tinggal. Tetapi, ternya
tuhan berkehendak lain, sebelum mereka sempat pindah ke rumah baru, Tien justru
meninggl di rumah Pak Yoto.
Sepeninggal
Tien, Sukmana berpamitan kepada Pak Yoto dan Bu Yoto utuk kembali ke Sala.
Waktu berlalu begitu cepat, tahun 1945 Sutrisna sudah berumur sebelas tahun
sedangkan Sukmanawati delapan tahun. Pada umur lima tahun Sukmanawati diganti
nama menjadi Sri Endah Wahyuningsih. Sutrisna juga berubah nama menjadi Susilo.
Dan Sukmana sendiri sebenarnya adalah Ranuasmara. Lalu, Pak Yoto dan Bu Yoto yang
sekarang menjadi pembantu di rumah Ranuasmara adalah orang yang dulu sudah
merawat Tien. Setekah mendengar cerita ayah angkatnya itu, Sri endah menjadi
terharu dan semakin menghormati Ranuasmara.kemudian, Ranuamara meninggal.
Sebelum meninggal, Ranuasmara berpesan pada Sri Endah agar bisa hidup rukun
bersama Susilo sebagai suami istri.
Akhirnya
Sri Endah dan Susilo menikah setelah satu tahun kematian Ranuasmara. Mereka
hidup bersama kakek dan nenek Sri Endah yaitu RB. Jayengsubroto. RB.
Jayengsubroto tinggal di Magetan mdan menunggu rumah Dr. Susilo yang sudah
bekerja di RSU Madiun, dan membuka praktik di rumah antara jam lima
sampai enam sore. Au Sri Endah tidak lagi mengajar, dia sudah menjadi istri
yang selalu mengurus rumah.
Pada
hari Minggu, Dr. Susilo mengadakan acara tujuh bulan untuk istrinya. Tamu yang
datang sangat banyak termasuk salah satu pasien Dr. Susilo yang bernama RM.
Mangkusumbaga. Ternyata RM. Mangkusumbaga adalah ayah kandung Sri Endah. RM.
Mangkusumbaga yang dulu namanya RM. Purwodirjo. Sri Endah senang bisa bertemu
ayah kandungnya, tetapi RM. Purwodirjo sudah terlalu malu pada Sri endah dan
RB. Jayengsubroto, terlebih lagi pada Sukmana atau Ranuasmara yang dulu dicaci
maki olehnya. Orang yang dulu dihina, justru mau merawat anaknya. Akhirnya RM.
Purwodirjo memutuskan untuk bunuh diri. Kemudian jenazahnya dimakamkan di
Magetan.
Kehidupan
terus berjalan, Susilo dan Sri Endah bisa memenuhi permintaan Ranuasmara untuk
hidup berdampingan dan saling mencintai. Hidup Susilo juga semakin bahagia dan
tentram. Ditambah lagi dengan hadirnya anak laki-laki dari Sri Endah
Wahyuningsih.
sumber: Novel Kumandhanging Katresnan
Matur nuwun
BalasHapus