Dening Poerwadhie Atmodiharjo
Prawita
memiliki seorang istri bernama Minarni. Minarni adalah anak seorang penjahit.
Kahidupan Prawita dan Minarni sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan kuran
mampu. Suatu pagi, Prawita membangunkan istrinya dan mengungkapkan bahwa dia
ingin pergi ke Ngawi mengunjungi ibunya. Istrinya terkejut karena Prawita ingin
pergi ke Ngawi dengan berjalan kaki. Selain itu, Prawita juga ingin mengajak
anaknya yang bernama Lukita untuk mengunjungi Eyangnya.
Meski
dengan berat hati, tetapi Minarni mengijinkan Prawita pergi ke Ngawi dengan
jalan kaki dan membawa Lukita. Minarni memberikan seluruh uang yang
dimilikinya kepada Prawita saat Prawita akan pergi. Semua itu dilakukan agar
Lukita tidak kecewa saat dia menginginkan sesuatu di jalan. Walaupun Minarni
tidak tahu bagaimana caranya memberi makan anak-anaknya yang ada di rumah.
Tetapi, Minarni percaya dan menyerahkan seluruh nasibnya kepada Yang Maha
Kuasa.
Dijalan,
Prawita dan Lukita sempat mampir di warung untuk minum dan makan. Tetapi, saat
Prawita ingin membayar, pemilik warung itu menolak. Setiba di Ngawi, Prawita
disambut baik oleh Mbok Jiami. Mbok Jiami adalah pembantu yang dulu merawat
Prawita dari kecil. Prawita dan Mbok Jiami ercerita kesana kemari untuk
menghilangkan rasa kangen. Sementara di Paron, Minarni dan ibunya yang biasa
disebut Mbok Marta Ranti membicarakan tentang Prawita.
Minarni
yang saat itu sedang mengerjakan jahitan yang dititipkan kepada ibunya,
mendengarkan segala keluh kesah ibunya tentang Prawita. Mbok Marta Ranti
seperti menyalahkan Minarni karena dulu tidak mau menikah dengan Sumitra
Nangkareja. Jika Minarni mau menikah dengan Sumitra, mungkin hidupnya sudah
mulya. Akan tetapi, Minarni tetap membela suaminya dan tetap tidak mau dengan
Sumitra. Apalagi Sumitra senang memadu istrinya. Bagi Minarni, kebahagiaan itu
tidak hanya datang dari kekayaan, tetapi juga dari kebahagiaan hati dan
kenyamanan hati.
Dulu,
Prawita dan Minarni teman satu sekolah di Taman Siswa. Mereka sering pulang
bersama. Prawita juga sering mengunjungi rumah Minarni. Mbok Marta Ranti juga
sudah menduga bahwa Prawita memiliki rasa kepada anaknya itu. Sampai akhirnya
Prawita datang melamar Minarni. Minarni menerima lamaran Prawita meskipun waktu
itu Prawita melamar sendiri tanpa ditemani orang tuaya. Awal pernikahan sampai
mereka memiliki emapat anak, hidup mereka tetap saja kekurangan. Hal ini
sebenarnya membuat hati Mbok Marta Ranti sedih.
Lukita sangat senang berada di rumah
Eyangnya. Raden Ayu Bratapranata juga senang bisa bertemu dengan anaknya dan
juga cucunya. Begitu bercerita dengan ibunya, Prawita jadi ingat masa lalunya.
Dulu dia bersekolah di Europeesche Lagere School. Tetapi karena tidak naik
pangkat juga, Prawita dipindah ke sekolah partikelir, Mardi Siswa. Setelah itu
melanjutkan ke Taman Dewasa Mediyun. Kemudian kenal dengan Minarni yang ada di
Taman Indriyan. Dan walaupun sudah tidak lagi di Paron, hubungannya dengan
Minarni tidak putus. Sampai akhirnya hubungan mereka diketahui oleh
asisten-wedana Paron yang kemudian dilaporkan ke atasannya.
Mengetahui hubungan Prawita dengan Minarni,
Raden Mas Bratapranata mengumpulkan anaknya yaitu Pramana dan Prasaja untuk
berbicara dengan Prawita. Ayah Prawita tidak setuju dengan hubungan Prawita
dengan Minarni karena Minarni bukan berasal dari keluarga terpandang. Kedua
orang tua Prawita bahkan sudah menjodohkan Prawita dengan Sri Hastari, anak
dari Jeng Sinder Panularan. Tetapi Prawita tetap tidak mau dan memilih Minarni
anak penjait dari Paron. Raden Ayu Bratapranata merasa kasihan melihat
kehidupan anaknya yang jauh darii kecukupan. Dia juga sedih karena anaknya
yaitu prasaja dan Pramana melarang dia bertemu dengan Prawita. Seandainya
Prawita hidup berkecukupan, . Raden Ayu Bratapranata ingin tinggal bersama
Prawita.
Kakak
Prawita yang bernama Pramana saat itu sedang menghadiri undangan pernikahan
bersama istrinya bernama Rustiningsih. Mereka merasa bahwa Prawita datang
mengunjungi Ibu sehingga mereka memutuskan untuk pulang. Setiba di rumah,
mereka melihat anak kecil yang sedang bermain di luar. Mengetahui hal itu,
Praman bertanya kepada Mbok Jiami. Mbok Jiami mengatakan bahwa itu anak
Prawita. medenngar keterangan dari Mbok Jiami, Pramana memarahi Mbok Jiami. Setelah
itu Pramana menemui Prawita dan memarahinya juga.
Akan
tetapi, Prawita dibela oleh ibunya. Kemudian Raden Ayu Bratapranata bercerita dan memberi nasihat kepada anak-anaknya itu. Raden Ayu Bratapranata bisa meredakan situasi yang awalnya sempat menegangkan karena
Pramana yang masih tidak terima dengan perilaku Prawita. Tetapi, setelah
diberitahu surat yang dulu ditulis Prawita kepada ibunya, Pramana menjadi luluh
hatinya. Sementara di Paron, Minarni, Pak Marta Ranti dan Mbok Marta Ranti
masih cemas karena Prawita tidak kunjung datang. Akan tetapi, tidak lama
kemudian Prawita dan Lukita pulang. Prawita datang bersama Raden Ayu Bratapranata, Pramana dan Rustiningsih. Sejak saat itulah Minarni bisa
berhubungan baik dengan mertuanya.
sumber: Novel ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar