Dening Margana Djajaatmadja
Suatu hari
Soepartinah atau biasa dipanggil Raden Ajeng Tien pergi bersama kedua orang
tuanya yaitu Raden Ayu Asisten-Wedana dan Raden Bei Asisten-Wedana. Saat
mereka sampai diantara Temanggung dan Wanasaba, mobil yang dikendarai oleh
ayahnya mogok. Kemudian datang seorang laki-laki dengan mobil lain yang
membantu memperbaiki mobil sehingga mobil bisa berjalan. Ibu Tien berniat
memberi imbalan berupa uang pada laki-laki itu, tetapi laki-laki itu menolak.
Kemudian laki-laki itu mengikuti mobil Tien dari belakang karena laki-laki itu
takut jika sewaktu-waktu mobil mogok lagi. Ketika sampai di Magelang, mobil
Tien berhenti, tetapi laki-laki itu tidak mau menghentikan mobilnya sehingga
Tien dan keluarganya kehilangan laki-laki itu.
Suatu saat
keluarga Tien kedatangan tamu yaitu Oei Wat Hien. Kedatangan Hien untuk
menawarkan berlian juga mobil. Hien berniat menjual mobilnya dan menawarkan
supirnya agar bisa bekerja di keluarga Tien. Saat Den Bei atau yang Tien
menanyakan mobil apa dan nomor berapa, Hien memberitahu bahwa merek mobilnya buick
dan nomornya 1013. Mengetahui hal itu, Tien sekeluarga ingat akan lelaki yang
sudah menolong mereka waktu mobilnya mogok.
Raden Ayu
Asisten-Wedana meminta pembantunya yang bernama Kreta untuk memanggil supir
Nyonya Hien. Saat Kreta kembali, kreta mengatakan tidak ada mobil. Nyonya Hien
baru ingat bahwa supirnya ingin ke pasar. Kemudian Kreta menyusul supir nyonya
Hien dan tidak lama kreta kembali bersama seorang lelaki. Lelaki itu dipanggil
Rapingun oleh Nyonya Hien. Setelah keluarga Tien tahu bahwa Rapingun adalah
lelaki yang sudah menolong mereka, akhirnya Den Bei mau menerima Rapingun
bekerja sebagai supir di keluarganya.
Selama
bekerja di keluarga Tien, Rapingun sangat rajin. Selain menjadi supir, Rapingun
juga bisa melakukan pekerjaan tukang kebun dan pembantu. Bahkan Kreta yang
sudah lama bekerja disitu kalah terampil dengan Rapingun. Den Bei memiliki kuda
yang diberi nama Hell, kuda ini masih sulit dikendalikan, tetapi Rapingun tetap
mendekati kuda itu. Den Bei dan Kreta sudah memperingatkan Rapingun, tetapi
Rapingun tetap bersikukuh untuk mengajari Hell agar menjadi kuda yang jinak.
Setelah dilatih dan ditunggangi oleh Rapingun, Hell tidak lagi liar.
Suatu
hari, Raden Ajeng Tien dan Rapingun pergi ke Magelang tanpa ibu Tien
karena beliau sakit. Mereka pergi ke rumah Den Bei Mantri-gudang. Di dekat
rumah Den Bei Mantri-gudang ada pasar malam dan mereka pergi ke sana. Saat ada
di pasar malam, ada dua lelaki yang mengawasi Raden Ajeng Tien. Hal itu
membuat Tien cemas, tetapi Tien tidak bercerita kepada siapapun karena Tien
mengenal orang yang mengikutinya. Setelah dari pasar malam, Tien mengajak
Rapingun untuk segera pulang ke Ngadiredja.
Saat
perjalanan pulang, mereka dihadang oleh dua orang pemuda yang sudah mengintai
Tien di Magelang. Salah satu pemuda itu bernama Hardjana yang ternyata
dulu adalah pacar Tien. Hardjana menagih janji Tien. Tetapi Tien merasa tidak
lagi punya janji pada Hardjana. Saat membela Tien, tangan Rapingun terluka.
Tetapi akhirnya mereka bisa meloloskan diri dari kedua pemuda itu. Rapingun
sempat tidak sadarkan diri, tetapi akhirnya sadar dan masih bisa menyetir
sampai tiba di rumah Tien. Saat tiba di rumah Tien, mereka tidak bercerita
kepada kedua orang tua Tien tentang kejadian yang sudah dialaminya.
Keluarga
Tien membawa Rapingun ke rumah sakit agar lukanya bisa cepat sembuh. Ketika di
rumah sakit, Tien sempat menjenguk Rapingun. Di rumah sakit, Tien mengatakan
bahwa kedua orang tuanya ingin mengajak Rapingun ke Sala karena mereka mendapat
surat dari Raden Mas Gandaatmadja. Raden Mas Gandaatmadja memiliki anak lelaki
satu-satunya bernama Sutanta yang sudah tujuh bulan tidak pulang. rapingun
mengaku pernah bertemu dengan Sutanta di Magelang.
Saat di
rumah sakit, Tien memberi kalung kepada Rapingun sebagai tanda terima kasih.
Rapingun di rumah sakit selama tiga minggu, kemudian kembali ke rumah Raden Bei
Asisten-Wedana. Setengah bulan semenjak Rapingun pulang dari rumah sakit,
Rapingun terlihat susah dan sedih. Raden Bei dan Ayu Asisten-Wedana mengajak
Rapingun berbicara. Rapingun mengatakan bahwa dia kangen pada kedua orang
tuanya, apalagi dia adalah anak satu-satunya. Rapingun meminta ijin untuk
pulang ke Pacitan selama satu bulan. Majikan Rapingun mengijinkan, tetapi
sebelumnya meminta Rapingun menunggangi Hell. Rapingun meminta ijin juga kepada
majikannya itu untuk mengganti nama Hell menjadi Tawang.
Sebulan
setelah Rapingun berpamitan, Raden Ajeng Tien sekeluarga menerima surat dari
Rapingun. Rapingun mengungkapkan bahwa dia sebenarnya bermaksud berhenti
bekerja dengan keluarga Tien. raden Ayu Asisten-Wedana sedih menerima surat
itu. enam bulan kemudian, Raden Ajeng Tien sekeluarga pergi mengunjungi Den Bei
Mantri. Disitulah muncul Raden Mas Sutanta yang dulu mengaku sebagai Rapingun.
Delapan bulan kemudian Raden Ajeng Tien dan Raden Mas Sutanta menikah dan hidup
bersama.
sumber: Novel Ngulandara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar