Dening Ardini Pangastuti
Gino
Gurindu sedang merindukan istrinya yang bernama Lintang Puspa Sari. Lintang
yang sangat dicintai itu kabur dari rumah. Lintang kabur dari rumah karena dia
menemukan celana dalam wanita dalam kopor suaminya ketika suaminya pulang dari
Jakarta. Gino pergi ke Jakarta bersama Sinung Lazuardi untuk mengadakan pameran
lukisan. Sinung Lazuardi pelukis dari Surabaya yang senang memakai jasa
pramuria atau kupu-kupu malam.
Sewaktu
Gino di Jakarta, Sinung mengirim wanita yang bernama Meis ke kamar Gino untuk
menemani malam Gino. Awalnya Gino tidak tertarik, tetapi karena kemahiran Meis
dalam merayu, Gino tidak dapat lagi menjaga kesetiaannya pada Lintang. Perilaku
Gino tersebut diketahui oleh istrinya. Lintang sakit hati dan memutuskan untuk
kabur dari rumah. Gino tidak mengetahui kemana perginya Lintang, padahal dia
sudah mencarinya kemana-mana. Gino sudah menanyakan pada mertuanya juga
saudara-saudara Lintang, tetapi Gino belum juga mengetahui keberadaan Lintang.
Lintang
sendiri sebenarnya pergi ke rumah ibunya yang ada di Bantul, tetapi ibunya yang
bernama Bu Padma itu tidak memberitahu keberadaan Lintang kepada Gino. Bu Padma
juga sering menelfon Gino untuk menanyakan tentang Lintang, sehingga Gino tidak
curiga jika Lintang berada di rumah Bu Padma. Sebenarnya Bu Padma tidak tega
jika melihat anaknya itu, terlebih lagi Lintang sedang mengandung. Bu Padma
sudah sering menasihati Lintang agar pulang ke rumah suaminya, tetapi Lintang
terlalu keras kepala, dia tidak mau kembali pada Gino. Lintang sangat sakit
hati, apalagi jika dia ingat perilaku suaminya itu.
Hampir
satu bulan Lintang pergi dari rumah, tetapi Gino belum juga menemukan Lintang.
Hal ini karena begitu pintarnya Bu Padma merahasiakan keberadaan Lintang. Gino
juga belum mengetahui bahwa istrinya itu sedang mengandung anaknya. Lintang
belum memberitahu kehamilannya kepada Gino. Sebenarnya Lintang ingin memberikan
surprise kepada Gino, tetapi sebelum
dia sempat memberitahu Gino, dia sudah menemukan celana dalam itu dalam kopor
suaminya.
Suatu hari
Bu Padma pergi mengunjungi menantunya, Gino Gurindu. Hari itu, yang membukakan
pintu adalah pembantu Gino yang biasa dipanggil Simbok Supi. Simbok Supi
kemudian memanggilkan Gino yang waktu itu sedang berada di belakang dekat kolam
ikan. Gino sempat terkejut ketika Mbok Supi mengatakan bahwa yang datang adalah
mertuanya. Di sana, Bu Padma memberitahu Gino bahwa sebenarnya Lintang berada
di rumahnya. Mendengar pernyataan dari Bu Padma itu, Gino sempat marah dan
kecewa pada Bu Padma. Setelah menyampaikan keberadaan Lintang yang sebenarnya,
Bu Padma berpamitan pada Gino. Sepulang Bu Padma, Gino kedatangan tamu lagi.
Tamu itu adalah Sinung Lazuardi. Sinung mengajak Gino untuk jalan-jalan.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Marlioboro untuk mencari hiburan,
terutama wanita.
Seminggu,
dua minggu, bahkan satu bulan, Gino belum juga menjemput Lintang, padahal Bu
Padma sudah sangat menantikan kedatangan Gino. Ternyata Gino sendiri sedang
berada di Bali bersama Lindri, wanita yang baru dikenalnya di pesawat. Mereka
berdua menikmati liburan mereka di pantai Kuta.
Suatu
ketika, ada telfon dari Denpasar untuk Lintang. Lintang mengira bahwa telfon
itu dari temannya yang bernama Lena. Ternyata telfon itu dari Gino. Gino
mengatakan bahwa dia sedang berada di Bali untuk mencari obyek lukisan. Gino
sempat mengatakan bahwa dia tidak mau menjemput Lintang, apalagi Lintang kabur
dari rumah karena kamauannya sendiri. Gino ingin Lintang sudah berada di
rumahnya begitu Gino pulang dari Bali seminggu berikutnya.
Mendengar
perkataan Gino, Lintang semakin sakit hati dan menutup telfon dari Gino.
Setelah itu, Lintang memberitahu ibunya tentang apa yang dikatakan oleh
suaminya itu. Bu Padma tidak terima dengan perlakuan menantunya itu pada
anaknya. Setelah menerima telfon dari Gino, Lintang sempat tidak sadarkan diri.
Bu Padma meminta bantuan pembantunya Mbok Yem dan pak Gimin untuk mengangkat
Lintang yang pingsan. Bu padma juga segera memanggil dokter Abimanyu. Dokter
Abimanyu mengatakan bahwa tidak ada yang mengkhawatirkan dari Lintang juga bagi
kandungannya. Setelah Lintang sadarkan diri, dokter Abimanyu menasihati
Lintang, kemudian berpamitan.
Hari itu,
semua anak tiri Bu padma dari suami keduanya berkumpul. Langit, anak paling
besar yang sudah menjadi pengusaha sukses menyempatkan untuk hadir begitu
menerima interlokal dari bu Padma. Lalu Sekar yang mempunyai suami pegawai
negeri, tetapi dia juga memiliki usaha catering. Dan yang terakhir adalah
Tutik, ibu rumah tangga murni. Bu Padma mengumpulkan keempat anaknya itu untuk
membicarakan mengenai rumah yang masih ditinggali oleh Bu Padma. Bu Padma
bermaksud untuk mengembalikan rumah beserta isinya kepada anak-anak tirinya
itu, karena Bu Padma ingin tinggal bersama Lintang. Ketiga anaknya itu
memutuskan agar rumah itu tetap dijaga meskipun tidak ada yang menempati.
Lintang
tinggal di Bandungan bersama Bu Padma dan Mbok Yem. Mereka tinggal di rumah
keponakan mbok Yem. Lintang berharap hari esok bisa lebih baik saat tinggal di
tempatnya yang baru. Setelah membeli tanah di daerah sana, Lintang dan ibunya
bisa memiliki rumah sendiri meskipun masih sederhana. Lintang berencana untuk
menanami pekarangan rumahnya dengan berbagai tanaman yang nantinya bisa dijual.
Tetapi rencana itu masih terhambat oleh kurangnya modal. Seiring berjalannya
waktu, kandungan Lintang semakin membesar.
Disisi
lain, Gino merasa kesepian karena Lintang masih belum datang ketika Gino pulang
dari Bali. Awalnya Gino tidak merasa kesepian karena masih ada Lindri yang
menemaninya. Tetapi, setelah Lindri memutuskan untuk berhenti menjalin hubungan
dengan Gino, Gino baru merasa kehilangan Lintang. Gino memutuskan untuk
menyusul Lintang di rumah mertuanya. Tetapi begitu kecewanya Gino karena
Lintang sudah tidak ada di sana, bahkan Bu Padma juga tidak ada. Gino juga
mencoba menemui saudara tiri Lintang, tetapi mereka juga tidak tahu keberadaan
Lintang. Bahkan Langit mengira bahwa Lintang dan Bu Padma tinggal bersama Gino.
Gino lebih kecewa lagi begitu Langit mengatakan bahwa Lintang sedang hamil.
Tepat
sembilan bulan lebih satu hari, Lintang melahirkan anak laki-laki. Anaknya itu
diberi nama Lanang Pambudi Seta. Bu Padma sangat memperhatikan cucunya itu dan
Lintang senang karena Lanang bisa lulut pada neneknya. Apalagi Lintang sudah
memiliki usaha dari hasil kebunnya. Lintang sudah memiliki dua puluh lima
deningwan dan dua tenaga ahli. Salah satunya adalah insinyur dari Undip yang
bernama Ir. Permadi. Permadi ini memiliki simpati pada Lintang dan mengagumi
kerja keras Lintang.
Sekitar
rumah Lintang terlihat hijau menyegarkan karena sudah banyak jenis tanaman yang
ditanam, dari bunga anggrek hingga sayuran. Hasil kebunnya juga sudah
dipasarkan di supermarket-supermarket di Yogya dan Semarang. Suatu hari, Langit
mengunjungi rumah Lintang untuk mengirimkan mobil box beserta supir yang
diminta Lintang. Langit senang melihat adiknya itu bisa sukses. Lintang sempat
menanyakan kepada Langit mengenai Gino. Langit mengatakan bahwa Gino sempat
datang ke rumah Langit untuk mencari Lintang.
Tidak
terasa waktu begitu cepat berlalu, Lanang sudah berumur tiga tahun. Di ulang
tahun Lanang yang ketiga itu, Lintang mengajak Lanang jalan-jalan menaiki kuda.
Di jalan, ketika mereka sedang melihat salah satu villa yang sangat mencolok,
ada seorang laki-laki yang memanggil Lintang. Mengetahui hal itu, Lintang
langsung menghindari laki-laki yang tidak lain adalah Sinung Lazuardi. Saat
Gino mengunjungi Sinung, Sinung bercerita bahwa dia bertemu dengan Lintang dan
anaknya.
Suatu ketika
ada orang yang ingin membeli segala tanah pertanian Lintang. Jika Lintang tidak
mau menyerahkan pertaniannya, maka kebunnya itu akan dibakar dan keluarganya
tidak akan selamat. Dengan segala ancaman itu, Lintang mau menjual ladang
emasnya itu. Penderitaan Lintang tidak cukup sampai disitu. Begitu Lintang
menjual pertaniannya, anaknya justru diculik. Lintang curiga ada orang dalam
yang membantu penculikan Lanang. Penculik meminta tebusan pada Lintang dan juga
menyuruh Lintang agar datang sendirian ke villa kosong.
Memasuki
villa itu, Lintang terkejut karena di sana Lanang sedang bermain kuda-kudaan
dengan seorang laiki-laki yang tidak lain adalah suaminya, Gino Gurindu. Gino
sudah merencanakan semua itu untuk menguji Lintang. Semua juga berkat bantuan dari
Mbok Yem. Gino meminta maaf atas semua kesalahan yang telah dilakukannya,
begitu pula dengan Lintang.
sumber: Novel Nalika Prau Gonjing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar