Blogger Widgets Sinau Basa Jawa bereng Hanif Rahma

Senin, 30 Desember 2013

Wayang

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesiayang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malayajuga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
Miturut para pakar, wayang sudah ada sejak zaman 1500 tahun sebelum masehi, jauh sebelum agama dan budaya luar masuk ke Indonesia. Wayang dalam bentuknya yang masih sederhana adalah asli Indonesia, yamgg dalam perkembangannya telah mampu beradaptasi dengan unsur-unsur lain sehingga menjai wujudnya seperti sekarang.
Dalam perkembangannya, bahasa yang digunakan dalam wayang yang awalnya menggunakan bahasa Jawa kono kemudian bercampur dengan bahasa Jawa baru dan bahasa Indonesia. Bahasa campuran ini biasa  disebut dengan basa rinengga, artinya bahasa yang telah disusun indah sesuai dengan kegunaannya.
Macam-macam wayang
1.      Wayang Purwa
Wayang Purwa atau disebut juga wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Penyaduran sumber cerita dari kisah Ramayana dan Mahabarata kedalam bahasa Jawa Kuna. Sunan Kalijaga salah satu seorang wali sanga adalah orang yang pertama kali menciptakan wayang dari kulit lembu. Selain dari kulit lembu, ada juga yang terbuat dari kulit kerbau.
Ditinjau dari bentuk bangunnya wayang kulit purwa dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain:
  1. Wayang Kidang kencana; boneka wayang berukuran sedang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sesuai dengan kebutuhan untuk mendalang (wayang pedalangan).
  2. Wayang Ageng; yaitu boneka wayang yang berukuran besar, terutama anggota badannya di bagian lambung dan kaki melebihi wayang biasa, wayang ini disebut wayang jujudan.
  3. Wayang kaper; yaitu wayang yang berukuran lebih kecil dari pada wayang biasa.
  4. Wayang kateb; yaitu wayang yang ukuran kakinya terlalku panjang tidak seimbang dengan badannya.
2.      Wayang Golek
Wayang golek juga disebut sebagai wayang Tengul. Wayang golek terbuat dari kayu dan diberi baju layaknya manusia. Akan tetapi, wayang golek tidak menggunakan layar seperti wayang kulit.
3.      Wayang Krucil
Wayang krucil atau wayang klithik terbuat dari kayu dan bentuknya mirip wayang kulit. Untuk menancapkan wayang kulit tidak menggunakan pelepah pisang melainkan menggunakan kayu yang sudah diberi lubang-lubang.
Di daerah Jawa Tengah, wayang krucil memiliki bentuk yang mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Di Jawa tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.
Di Jawa Timur, tokoh-tokohnya banyak yang menyerupai wayang kulit purwa , raja-rajanya bermahkota dan memakai praba.
Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun.
Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang krucil menggunakan gendhing-gendhing besar.
4.      Wayang Beber
Wayang Beber terbuat dari kain atau kulit lembu yang berupa beberan atau lembaran. Tiap beberan merupakan satu adegan cerita. Bila sudah tidak dimainkan, lembaran tersebut bisa digulung.
Wayang beber berupa selembar kertas atau kain yang berukuran sekitar 80cm x 12meter, yang digambari dengan beberapa adegan lakon wayang tertentu. Satu gulung wayang beber biasanya terdiri dari 16 adegan.
5.      Wayang Gedog
Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayang gedog hampr mirip dengan wayang kulit. Sumber ceritanya berasal dari Jawa seperti Banten, Singasari, Mataram, Kediri, dll. Wayang gedog hampir punah dan hanya dapa dijumpai sampai tahun 1400. Tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya, terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang Bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat pula tokoh-tokoh dari Bantarangin (Ponorogo), seperti Klana Siwandana, kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.
Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke Pasuruan).
Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwono III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton.
6.      Wayang Suluh
Wayang Suluh adalah wayang yang terbuat dari kulit dan berbentuk manusia biasa, dengan tokoh wayang keseharian, misalnya P Lurah, P Haji, Ibu Guru, Bapak Guru, petani, saudagar, anak sekolah, mahasiswa dan lainya. Ceritanya pun tentang permasalahan sehari-hari dalam keluarga, masyarakat,dan kehidupan masyarakat pedesaan, sangat sederhana sesuai dengan keadaan masyarakat waktu itu. Pementasan wayang suluh biasanya untuk penerangan masyarakat.Wayang ini tergolong wayang modern terbuat dari kulit yang diberi pakaian lengkap lazimnya manusia dan gambarnyapun mirip manusia.
7.      Wayang Titi
Wayang titi adalah wayang Cina. Sumbernya berasal dari cerita Cina. Wayang ini bisa dijumpai di perkampungan Cina atau Klenteng.
8.      Wayang Madya
Wayang madya diciptakan oleh K.G Mangkunegara IV pada awal abad XVIII. Sumber cerita diambil dari cerita Pandhawa setelah perang Baratayuda, misalnya prabu Parikesit.
9.      Wayang Wahyu
Wayang wahyu sering disebut wayang Bibel. Cerita wayang berasal dari kitab Injil. Diciptakan oleh Bruder Themotheos untuk menyiarkan agama Kristen.
10.  Wayang Orang
Wayang orang adalah cerita wayang purwa yang dipentaskan oleh orang dengan busana seperti wayang. Wayang orang juga disebut dengan wayang wong (Bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang, akan tetapi menampilkan manusia sebagai pengganti boneka. Mereka memakai pakaian sama, seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit supaya bentuk mukanya menyerupai wayang kulit. Seringkali pemain wayang orang ini dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Komponen Wayang
1.      Dhalang
Dhalang adalah seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang. Ada pula yang mengartikan kata dhalang berasal dari kata dahyang yang berarti juru penyembuh berbagai macam penyakit. Dalang dalam “jarwi Dhosok” diartikan pula sebagai “ngudal piwulang” (membeberkan ilmu), memberikan pencerahan kepada para penontonnya. Untuk itu, seorang dhalang harus mempunyai bekal keilmuan yang sangat banyak. Berbagai ilmu tentunya harus dipelajari sehingga ktika dalam membangun isi cerita bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai kekinian. Dalang adalah seorang sutradara, penulis lakon, seorang narator, seorang pemain karakter, penyusun iringan, seorang “penyanyi”, penata pentas, penari, dan masih banyak lagi.
2.      Gunungan
Gunungan adalah wayang berbentuk gambar gunung beserta isinya. Di bawahnya terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang dan perisai untuk melambangkan pintu gerbang istana. pada waktu dimainkan, gunungan dipergunakan sebagai istana.

sumber:
Buku Ensiklopedi Wayang oleh Nanda MH



Minggu, 29 Desember 2013

Layang



Layang yaiku salah sijine alat komunikasi kanggo menehi informasi utawa menehi kabar. Werna-wernaning layang yaiku:
1.      Layang Kitir
layang kitir wujude cerkak aos, mung ngandharake apa perlune. Ora nganggo aturan kaya layang-layang liyane.
2.      Layang Kiriman/ Iber-iber
Layang kang nganggo aturan kang ganep lan ngandharake komplit, apa sing dikarepake penulis, lan mesthi dikirimake.
3.      Layang Ulem
Layang ulem isine ngaturi supaya rawuh marang daleme sing ngaturi, lumrahe layang iki wujude sing nengsemake.
4.      Layang lelayu
Layang kang surasane babagan kasripahan.
5.      Layang Prajanjen
Layang kang ditulis ing kertas segel sing isine prajanjen babagan dol tinuku barang, nyewakake barang, lan liya-liyane.
Peprincening Layang
1.      Satata Basa
Yaiku alamate kang tinuju ing layang.
2.      Adangiyah
Salam pakurmatan, pandonga, pamuji rahayu tumrap kang dikirimi layang.
3.      Purwaka
Isine kabar keslametan, karahayon, kaanan sing kirim layang kanthi cetha.
4.      Surasa Basa/ Isi
Ngandharake bab isine layang kanthi cetha.
5.      Wasana Basa
Isi panutuping layang.
6.      Titi Mangsa
Isine nerangake papan panggonan lan wektu layang ditulis.
7.      Paprenah
Nerangakesesambungane antarane sing ngirim layang karo sing dikirimi layang.
8.      Tapak Asma
Tapak asta utawa tandha tangan sing kirim layang.
9.      Asma Terang
Isine jeneng terang sing kirim layang.

Tuladha
Surabaya, 1 januari 2009
Katur dhumateng
Bapak saha Ibu
ing ndalem

Sembah pangabekti,

           Kanthi serat punika kula ngaturi pirsa bilih kawontenan kula ing Surabaya tansah pinaringan rahayu wilujeng ing pangamoyaning Gusti Ingkang Maha Agung. Ingkang dalem suwun, mugi-mugi kawontenan Bapak dalah Ibu saha kulawarga ing Pacitan ugi mekatana.
         Kajawi ingkang ing nginggil, keng putra ngaturi uninga bilih benjing wekdal liburan semester gasal ing wulan Januari keng putra wonten kegiyatan Study Tour dhateng Pulo Bali. Pramila saking punika keng putra nyuwun kintunan arta kangge mbayar kekirangan tabungan tour lan kangge sangu ingkang cacahanipum Rp 400.000,00. Wondene tampi rapot benjing tanggal 17 Januari 2009. Menawi wonten kalodhangan wekdal keparenga Bapak/Ibu tindak Surabaya mendhet rapot ing sekolahan. Menawi Bapak utawi Ibu repot dipunpendhet Pakdhe boten menapa. Keng putra wangsul dhateng Pacitan, benjing sasampunipun Study Tour dhateng Pulo Bali antawis tanggal 21 Januari 2009.
         Wasana cekap semanten atur kula, mbokbilih wonten kirang langkunging atur, keng putra nyuwun lumunturing sih samodra pangaksami.

Keng putra tuhu tresna

Natasha Maulidha Sukendro


Sumber:
Buku Pratita
http://handikap60.blogspot.com/2013/01/contoh-layangsurat-bahasa-jawa.html

Purwakanthi



Purwakanthi yaiku unen-unen kang ngemu surasa tembung-tembung kang runtut, runtut swara apadene runtut sastrane
Jinising Purwokanthi ana telu yaiku:
a.       Purwakanthi Guru Swara
Purwakanthi Guru Swara yaiku purwakanthi kang runtut swara wandane.
Tuladha:
1.      Kutuk marani sunduk,
2.      Kocak tandha lukak.
3.      Gemi setiti ngati-ati
4.      Bungah susah iku umrah
5.      Desa mawa cara negara mawa tata
6.      Aku lara paling para
Keterangan: Tuladha no 1 ing tembuk kutuk lan sunduk, iku runtut swara uk. Dene sing no 2 ing tembung kocak lan luka runtut swara ak.
b.      Purwakanthi Guru Sastra
Purwakanthi Guru Sastra yaiku purwakanthi kang runtut sastrane.
Tuladha:
1.      Raden Ajeng Srini pancen rigen, mugen, lan tegen.
2.      Pak Kreta tuku kretu, liwt kreteg Kretasana.
3.      Tata titi tatas titis
4.      Cecer cicir cewet
5.      Kala kula kelas kalih kula kulak kalo
Keterangan: Tuladha no 1 ing tembung rigen mugen lan tegen iku runtut aksara g, dene no 2 runtut aksara t, ana ing tembung Kreta tuku kretu, kreteg kretasana.
c.       Purwakanthi Guru Basa/ Lumaksita
Purwakanthi Guru Basa yaiku purwakanthi kang runtut tembunge.
Tuladha:
1.      Ratih ratu, ratu ing Cakrakembang, kembang Wijaya Kusuma arum gandane.
2.      Tur durung weruh ing rasa, rasa kang satuhu.
3.      Jarwa pinter, pintere satriya ing pringgadani.
4.      Bayem arda, ardane ngrasuk busana.
5.      Kolik priya, priyagung anjani putra.
Ing tuladha no 1 ing tembung Ratih ratu, ratu ing Cakrakembang iku runtut tembung ratu. Ratu ing Cakrakembang, kembang Wijaya Kusuma arum gandane iku runtut ing tembung kembang. Dene sing no 2, Tur durung weruh ing rasa, rasa kang satuhu iku runtut ing tembung rasa.

Sumber:
1.      Bahan ajar bahasa jawa oleh Daryanto, S.Pd
2.      http://jv.wikipedia.org/wiki/Purwakanthi