Blogger Widgets Sinau Basa Jawa bereng Hanif Rahma: Ngulandara

Selasa, 10 Desember 2013

Ngulandara



Dening Margana Djajaatmadja

Suatu hari Soepartinah atau biasa dipanggil Raden Ajeng Tien pergi bersama kedua orang tuanya yaitu  Raden Ayu Asisten-Wedana dan Raden Bei Asisten-Wedana. Saat mereka sampai diantara Temanggung dan Wanasaba, mobil yang dikendarai oleh ayahnya mogok. Kemudian datang seorang laki-laki dengan mobil lain yang membantu memperbaiki mobil sehingga mobil bisa berjalan. Ibu Tien berniat memberi imbalan berupa uang pada laki-laki itu, tetapi laki-laki itu menolak. Kemudian laki-laki itu mengikuti mobil Tien dari belakang karena laki-laki itu takut jika sewaktu-waktu mobil mogok lagi. Ketika sampai di Magelang, mobil Tien berhenti, tetapi laki-laki itu tidak mau menghentikan mobilnya sehingga Tien dan keluarganya kehilangan laki-laki itu.
Suatu saat keluarga Tien kedatangan tamu yaitu Oei Wat Hien. Kedatangan Hien untuk menawarkan berlian juga mobil. Hien berniat menjual mobilnya dan menawarkan supirnya agar bisa bekerja di keluarga Tien. Saat Den Bei atau yang Tien menanyakan mobil apa dan nomor berapa, Hien memberitahu bahwa merek mobilnya buick dan nomornya 1013. Mengetahui hal itu, Tien sekeluarga ingat akan lelaki yang sudah menolong mereka waktu mobilnya mogok.
Raden Ayu Asisten-Wedana meminta pembantunya yang bernama Kreta untuk memanggil supir Nyonya Hien. Saat Kreta kembali, kreta mengatakan tidak ada mobil. Nyonya Hien baru ingat bahwa supirnya ingin ke pasar. Kemudian Kreta menyusul supir nyonya Hien dan tidak lama kreta kembali bersama seorang lelaki. Lelaki itu dipanggil Rapingun oleh Nyonya Hien. Setelah keluarga Tien tahu bahwa Rapingun adalah lelaki yang sudah menolong mereka, akhirnya Den Bei mau menerima Rapingun bekerja sebagai supir di keluarganya.
Selama bekerja di keluarga Tien, Rapingun sangat rajin. Selain menjadi supir, Rapingun juga bisa melakukan pekerjaan tukang kebun dan pembantu. Bahkan Kreta yang sudah lama bekerja disitu kalah terampil dengan Rapingun. Den Bei memiliki kuda yang diberi nama Hell, kuda ini masih sulit dikendalikan, tetapi Rapingun tetap mendekati kuda itu. Den Bei dan Kreta sudah memperingatkan Rapingun, tetapi Rapingun tetap bersikukuh untuk mengajari Hell agar menjadi kuda yang jinak. Setelah dilatih dan ditunggangi oleh Rapingun, Hell tidak lagi liar.
Suatu hari, Raden Ajeng Tien dan Rapingun pergi  ke Magelang tanpa ibu Tien karena beliau sakit. Mereka pergi ke rumah Den Bei Mantri-gudang. Di dekat rumah Den Bei Mantri-gudang ada pasar malam dan mereka pergi ke sana. Saat ada di pasar malam, ada  dua lelaki yang mengawasi Raden Ajeng Tien. Hal itu membuat Tien cemas, tetapi Tien tidak bercerita kepada siapapun karena Tien mengenal orang yang mengikutinya. Setelah dari pasar malam, Tien mengajak Rapingun untuk segera pulang ke Ngadiredja.
Saat perjalanan pulang, mereka dihadang oleh dua orang pemuda yang sudah mengintai Tien di Magelang.  Salah satu pemuda itu bernama Hardjana yang ternyata dulu adalah pacar Tien. Hardjana menagih janji Tien. Tetapi Tien merasa tidak lagi punya janji pada Hardjana. Saat membela Tien, tangan Rapingun terluka. Tetapi akhirnya mereka bisa meloloskan diri dari kedua pemuda itu. Rapingun sempat tidak sadarkan diri, tetapi akhirnya sadar dan masih bisa menyetir sampai tiba di rumah Tien. Saat tiba di rumah Tien, mereka tidak bercerita kepada kedua orang tua Tien tentang kejadian yang sudah dialaminya.
Keluarga Tien membawa Rapingun ke rumah sakit agar lukanya bisa cepat sembuh. Ketika di rumah sakit, Tien sempat menjenguk Rapingun. Di rumah sakit, Tien mengatakan bahwa kedua orang tuanya ingin mengajak Rapingun ke Sala karena mereka mendapat surat dari Raden Mas Gandaatmadja. Raden Mas Gandaatmadja memiliki anak lelaki satu-satunya bernama Sutanta yang sudah tujuh bulan tidak pulang. rapingun mengaku pernah bertemu dengan Sutanta di Magelang.  
Saat di rumah sakit, Tien memberi kalung kepada Rapingun sebagai tanda terima kasih. Rapingun di rumah sakit selama tiga minggu, kemudian kembali ke rumah Raden Bei Asisten-Wedana. Setengah bulan semenjak Rapingun pulang dari rumah sakit, Rapingun terlihat susah dan sedih. Raden Bei dan Ayu Asisten-Wedana mengajak Rapingun berbicara. Rapingun mengatakan bahwa dia kangen pada kedua orang tuanya, apalagi dia adalah anak satu-satunya. Rapingun meminta ijin untuk pulang ke Pacitan selama satu bulan. Majikan Rapingun mengijinkan, tetapi sebelumnya meminta Rapingun menunggangi Hell. Rapingun meminta ijin juga kepada majikannya itu untuk mengganti nama Hell menjadi Tawang.
Sebulan setelah Rapingun berpamitan, Raden Ajeng Tien sekeluarga menerima surat dari Rapingun. Rapingun mengungkapkan bahwa dia sebenarnya bermaksud berhenti bekerja dengan keluarga Tien. raden Ayu Asisten-Wedana sedih menerima surat itu. enam bulan kemudian, Raden Ajeng Tien sekeluarga pergi mengunjungi Den Bei Mantri. Disitulah muncul Raden Mas Sutanta yang dulu mengaku sebagai Rapingun. Delapan bulan kemudian Raden Ajeng Tien dan Raden Mas Sutanta menikah dan hidup bersama.

sumber: Novel Ngulandara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar