Blogger Widgets Sinau Basa Jawa bereng Hanif Rahma: Garuda Putih

Selasa, 10 Desember 2013

Garuda Putih



Dening Suparta Brata

Abisuna adalah pejabat pemerintah yang ijin kepada istrinya untuk melaksanakan tugas di Tretes. Tetapi, dia justru berselingkuh dengan wanita lain. Abisuna pergi ke Tretes dan bertemu dengan Emi yang sudah biasa melayani lelaki. Abisuna bermalam di Hotel Argadalu bersama Emi. Tetapi Abisuna tidak tahu bahwa istrinya sudah menyuruh Bagus Pramutih untuk memata-matainya.
Suatu hari, Abisuna ditemukan sudah tidak bernyawa oleh sepasang kekasih yaitu Manik dan Wicaksana. Penyebab kematian Abisuna diduga karena dibunuh oleh Garuda Putih. Garuda Putih ini terkenal sebagai seorang penjahat di Surabaya yang masih menjadi buronan polisi. Sebelumnya, Garuda putih pernah mencuri di toko Pak Suryapringga di Surabaya. Garuda Putih sudah banyak melakukan kejahatan sehingga dia menjadi buronan polisi. Tetapi, polisi masih belum bisa menangkap Garuda Putih karena kecerdikan Garuda Putih dalam melakukan kejahatannya.
Dahulu saat melakukan kejahatan di Surabaya, Garuda Putih meninggalkan pesan yang di tulis di kain lap hotel Argadalu. Isi pesan dalam kain lap itu adalah, “Sing njupuk aku, Garuda Putih”. Saat Abisuna meninggal, terdapat pesan yang juga ditulis di kain lap hotel Argadalu yang bertuliskan “Paukumane kanggo wong slingkuh”. Hal ini membuat semua orang menduga bahwa pembunuh Abisuna adalah Garuda Putih. Polisi semakin pusing dengan kasus yang dibuat oleh Garuda Putih ini.
Dalam menyelidiki kasus Garuda Putih, polisi dibantu oleh Detektip Handaka. Polisi juga mengirim dua polisi yaitu Marsoleh dan Kamdi supaya pergi ke Tretes untuk menyelidiki kasus Garuda Putih ini. Meski polisi sudah mengirim mata-mata, tetapi polisi tidak juga mendapat petunjuk, justru mereka mendapay masalah baru. Dalam kasus ini, polisi dan Detektif Handaka mencurigai beberapa orang seperti Maridi yaitu pelayan di hotel Argadalu. Bagus Pramutih seseorang yang disuruh oleh istri Abisuna untuk memata-matai Abisuna. Sepasang kekasih yaitu Manik dan Wicaksana yang menemukan mayat Abisuna. Dan yang terakhir adalah Guritna, tunangan Rara Sumarni. Rara Sumarni adalah keponakan dari pemilik Hotel Argadalu yaitu Suhud.
Kapten Muhajir yang memimpin penyelidikan mengenai Garuda Putih semakin bingung karena kasusnya tidak segera terungkap. Kapten Harsalim yaitu teman sekantor Kapten Muhajir mendapat tugas untuk pergi ke rumah Abisuna dan menemui istri Abisuna. Di sana, Kapten Harsalim mengabari istri Abisuna bahwa Abisuna sudah meninggal dan dibunuh oleh Garuda Putih. Ternyata, Nyonya Abisuna juga mendapat pesan yang di tulis di kain lap Hotel Argadalu, tetapi tidak tahu pengirimnya.
Di luar kasus itu, ternyata ada kisah cinta antara Rara Suwarni dan Guritna. Tetapi, ternyata Maridi masih mencintai Suwarni mantan kekasihnya itu. Maridi masih mencoba meyakinkan Suwarni bahwa cintanya masih tulus seperti dulu. Maridi ingin Suwarni mengakhiri hubungannya dengan tunangannya itu. Tetapi Suwarni tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap berhubungan dengan Guritna.
Kapten Muhajir terus menyelidiki kasus ini. Kapten Muhajir menduga bahwa Garuda Putih itu adalah Guritna kren atulisan Guritna sama dengan tulisan yang ada di kain lap Hotel Argadalu. Tetapi, berdasar analisi Detektif Handaka, yang membunuh Absuna adalah Maridi karena tulisan di kain lap yang ditinggal bersama mayat Abisuna sama dengan tulisan yang ada di buku daftar tamu Hotel Argadalu. Akhirnya dengan analisis Detektif Handaka, pembunuh Abisuna dapat ditangkap, yaitu Maridi.
Maridi sebenarnya sudah merencanakan semuanya. Bahkan Maridi adalah penjahat yang juga mencuri di Surabaya. Semua dilakukan oleh Maridi supaya Guritna disangka Garuda Putih dan pisah dengan Rara Suwarni yang sudah dia cintai sejak kecil. Detektif handaka tahu dan yakin bahwa Guritna sendiri sebenarnya adalah Garuda Putih yang sudah lima tahun lalu membuat kejahatan. Tetapi Detektif Handaka tidak dapat menangkap Guritna karena tidak memiliki bukti yang cukup kuat.

sumber: Novel Garuda Putih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar