Blogger Widgets Sinau Basa Jawa bereng Hanif Rahma: Ibu

Selasa, 10 Desember 2013

Ibu



Dening Poerwadhie Atmodiharjo

Prawita memiliki seorang istri bernama Minarni. Minarni adalah anak seorang penjahit. Kahidupan Prawita dan Minarni sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan kuran mampu. Suatu pagi, Prawita membangunkan istrinya dan mengungkapkan bahwa dia ingin pergi ke Ngawi mengunjungi ibunya. Istrinya terkejut karena Prawita ingin pergi ke Ngawi dengan berjalan kaki. Selain itu, Prawita juga ingin mengajak anaknya yang bernama Lukita untuk mengunjungi Eyangnya.
Meski dengan berat hati, tetapi Minarni mengijinkan Prawita pergi ke Ngawi dengan jalan kaki dan membawa Lukita.  Minarni memberikan seluruh uang yang dimilikinya kepada Prawita saat Prawita akan pergi. Semua itu dilakukan agar Lukita tidak kecewa saat dia menginginkan sesuatu di jalan. Walaupun Minarni tidak tahu bagaimana caranya memberi makan anak-anaknya yang ada di rumah. Tetapi, Minarni percaya dan menyerahkan seluruh nasibnya kepada Yang Maha Kuasa.
Dijalan, Prawita dan Lukita sempat mampir di warung untuk minum dan makan. Tetapi, saat Prawita ingin membayar, pemilik warung itu menolak. Setiba di Ngawi, Prawita disambut baik oleh Mbok Jiami. Mbok Jiami adalah pembantu yang dulu merawat Prawita dari kecil. Prawita dan Mbok Jiami ercerita kesana kemari untuk menghilangkan rasa kangen. Sementara di Paron, Minarni dan ibunya yang biasa disebut Mbok Marta Ranti membicarakan tentang Prawita.
Minarni yang saat itu sedang mengerjakan jahitan yang dititipkan kepada ibunya, mendengarkan segala keluh kesah ibunya tentang Prawita. Mbok Marta Ranti seperti menyalahkan Minarni karena dulu tidak mau menikah dengan Sumitra Nangkareja. Jika Minarni mau menikah dengan Sumitra, mungkin hidupnya sudah mulya. Akan tetapi, Minarni tetap membela suaminya dan tetap tidak mau dengan Sumitra. Apalagi Sumitra senang memadu istrinya. Bagi Minarni, kebahagiaan itu tidak hanya datang dari kekayaan, tetapi juga dari kebahagiaan hati dan kenyamanan hati.
Dulu, Prawita dan Minarni teman satu sekolah di Taman Siswa. Mereka sering pulang bersama. Prawita juga sering mengunjungi rumah Minarni. Mbok Marta Ranti juga sudah menduga bahwa Prawita memiliki rasa kepada anaknya itu. Sampai akhirnya Prawita datang melamar Minarni. Minarni menerima lamaran Prawita meskipun waktu itu Prawita melamar sendiri tanpa ditemani orang tuaya. Awal pernikahan sampai mereka memiliki emapat anak, hidup mereka tetap saja kekurangan. Hal ini sebenarnya membuat hati Mbok Marta Ranti sedih.
Lukita sangat senang berada di rumah Eyangnya. Raden Ayu Bratapranata juga senang bisa bertemu dengan anaknya dan juga cucunya. Begitu bercerita dengan ibunya, Prawita jadi ingat masa lalunya. Dulu dia bersekolah di Europeesche Lagere School. Tetapi karena tidak naik pangkat juga, Prawita dipindah ke sekolah partikelir, Mardi Siswa. Setelah itu melanjutkan ke Taman Dewasa Mediyun. Kemudian kenal dengan Minarni yang ada di Taman Indriyan. Dan walaupun sudah tidak lagi di Paron, hubungannya dengan Minarni tidak putus. Sampai akhirnya hubungan mereka diketahui oleh asisten-wedana Paron yang kemudian dilaporkan ke atasannya.
Mengetahui hubungan Prawita dengan Minarni, Raden Mas Bratapranata mengumpulkan anaknya yaitu Pramana dan Prasaja untuk berbicara dengan Prawita. Ayah Prawita tidak setuju dengan hubungan Prawita dengan Minarni karena Minarni bukan berasal dari keluarga terpandang. Kedua orang tua Prawita bahkan sudah menjodohkan Prawita dengan Sri Hastari, anak dari Jeng Sinder Panularan. Tetapi Prawita tetap tidak mau dan memilih Minarni anak penjait dari Paron. Raden Ayu Bratapranata merasa kasihan melihat kehidupan anaknya yang jauh darii kecukupan. Dia juga sedih karena anaknya yaitu prasaja dan Pramana melarang dia bertemu dengan Prawita. Seandainya Prawita hidup berkecukupan, . Raden Ayu Bratapranata ingin tinggal bersama Prawita.
Kakak Prawita yang bernama Pramana saat itu sedang menghadiri undangan pernikahan bersama istrinya bernama Rustiningsih. Mereka merasa bahwa Prawita datang mengunjungi Ibu sehingga mereka memutuskan untuk pulang. Setiba di rumah, mereka melihat anak kecil yang sedang bermain di luar. Mengetahui hal itu, Praman bertanya kepada Mbok Jiami. Mbok Jiami mengatakan bahwa itu anak Prawita. medenngar keterangan dari Mbok Jiami, Pramana memarahi Mbok Jiami. Setelah itu Pramana menemui Prawita dan memarahinya juga.
Akan tetapi, Prawita dibela oleh ibunya. Kemudian Raden Ayu Bratapranata bercerita dan memberi nasihat kepada anak-anaknya itu. Raden Ayu Bratapranata bisa meredakan situasi yang awalnya sempat menegangkan karena Pramana yang masih tidak terima dengan perilaku Prawita. Tetapi, setelah diberitahu surat yang dulu ditulis Prawita kepada ibunya, Pramana menjadi luluh hatinya. Sementara di Paron, Minarni, Pak Marta Ranti dan Mbok Marta Ranti masih cemas karena Prawita tidak kunjung datang. Akan tetapi, tidak lama kemudian Prawita dan Lukita pulang. Prawita datang bersama Raden Ayu Bratapranata, Pramana dan Rustiningsih. Sejak saat itulah Minarni bisa berhubungan baik dengan mertuanya.

sumber: Novel ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar